Kamis, 07 Oktober 2010

BELANDA TUNJUKAN AROGANSI KOLONIAL

News publik :

Undangan Pemerintah Belanda kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pada waktu bersamaan muncul pula keputusan pengadilan yang dapat menyebabkan kepala negara tersebut ditangkap dinilai sebagai bentuk pelecehan atas kehormatan Indonesia.

"Itu berarti, arogansi kolonial ditunjukkan Belanda," ujar Ketua Badan Musyawarah Masyarakat Sunda Jawa Barat Memet Hamdan di Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/10/2010). Belanda memamerkan supremasi pengadilan independen atas kehormatan harga diri bangsa yang telah dihina ratusan tahun.

Belanda juga dinilai membiarkan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS) sehingga bisa membangun markas dan melancarkan kampanye. Kondisi sudah dianggap keterlaluan setelah Belanda tak melakukan tindakan terhadap RMS yang mengajukan perkara ke pengadilan setempat.

Menurut Memet, Indonesia menghormati bangsa lain. Namun sebaliknya, bangsa lain pun dituntut menghormati Indonesia. "Kita tak bisa menerima perlakukan bangsa yang memberi ruang gerak bagi RMS untuk menghina. Bangsa seperti Belanda tak terhormat," ujarnya.

Memet mempertanyakan Belanda yang tak mau mengakui kejahatan politik, ekonomi, sosial, kultural, dan moral terhadap Indonesia. "Bagaimana Belanda bisa membiarkan bangsa yang terluka karena penjajahan, terus dirongrong organisasi separatis seperti RMS," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar