Kerinci
Peneliti Temukan Energi Panas Bumi
Sebagai Cadangan Listrik di Kerinci
Senin, 28 Juni 2010 | 10:50 WIB
Peneliti dari Badan Pusat Sumberdaya Geologi Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, kembali menemukan sumber panas bumi di Kabupaten Kerinci, yang bisa dijadikan pembangkit listrik bagi Kabupaten Kerinci dan sekitarnya.
Informasi tersebut, merupakan kabar gembira bagi warga Kerinci. Pasalnya, sejak puluhan tahun Kabupaten Kerinci mengalami krisis listrik. Dengan adanya sumber pembangkit listrik panas bumi, kebutuhan listrik bisa teratasi.
Heri Rry Sundoro, seorang peneliti geologi dari Bandung, yang dihubungi Tribun, Minggu (27/6) mengakui, adanya sumber energi panas bumi di Gunung Belerang, Kecamatan Kayu Aro. "Energi listrik di indonesia sangat terbatas. Untuk mengatasi krisis listrik pemerintah pusat menggalakkan penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik, sehingga BBM bisa di ekspor ke luar negeri. Di Kerinci, potensi itu sangat besar," kata Heri Rry Sundoro ditemui di Desa Lindung Jaya, Kecamatan Kayu Aro.
Kabupaten Kerinci, katanya memiliki sumber energi panas bumi cukup besar. Jika dikelola dengan baik tidak akan terjadi kekurangan listrik. "Indonesia merupakan wilayah yang memiliki 60 persen sumber energi panas bumi di dunia," ungkap Heri.
Untuk mengembangkan potensi energi panas bumi di Kerinci, terutama di wilayah gunung belerang, sejak 8 Mei lalu, sebanyak 22 orang peneliti asal Bandung, melakukan kajian lapangan, yang nantinya akan dianalisa di laboratorium, untuk memastikan berapa besarnya potensi listrik yang bisa dihasilkan.
Dari 22 orang anggota tim, dibagi menjadi lima kelompok, yang memiliki tugas masing-masing, yakni tim geologi, tim geokimia, tim geomagnet, tim grafiti, dan tim resistiviti. Tiga bulan setelah dilakukannya penelitian, baru akan ada hasil seberapa besar daya yang bisa diperoleh. Dana penelitian inii, ditanggung oleh pusat tanpa melibatkan Pemkab, karena pemerintah memiliki wewenang menginventarisir sumber daya alam yang dimiliki oleh negara.
"Ada tiga metode penelitian yang diterapkan di sini, yakni penelitian geologi, penelitian geokimia, dan penelitian geofisika. Sampel air, batu, tanah, semuanya akan dipelajari. Dari hasil penelitian tersebut, akan diketahui seberapa besar energi listrik yang bisa dihasilkan," ujarnya.
Sesuai Undang-Undang otonomi daerah katanya, pengelolaannya tidak sama dengan pengelolaan geothermal di Lempur. Kalau di Lempur tendernya dari pusat, sementara yang di Gunung Belerang, akan ditender oleh pemkab bersangkutan.
"Perusahan yang ditunjuk sebagai pengelola, haruslah perusahaan yang mampu. Jangan sampai sumber daya yang besar ini terbuang percuma. Selama ini, pengelolaan di beberapa lokasi geothermal masih lemah," tegasnya.
Energi panas bumi ini sebut Heri, merupakan teknologi paling aman di dunia, karena tidak menghasilkan limbah dan polusi udara, sehingga teknologi ini benar-benar direkomendasikan untuk menjaga lingkungan hidup.
"Warga sendiri diharapkan berpartisipasi. Jangan sampai mempersulit proses pembangunan, misalnya dengan memberikan kemudahan pada saat pembebasan lahan," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar