Kota Jambi
Orangtua Siswa Mengeluh Uang Daftar Ulang
Rabu, 30 Juni 2010 | 11:28 WIB
JAMBI, TRIBUN - Beberapa orangtua siswa mengeluhkan uang daftar ulang di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Kejuruan 4 Kota Jambi yang sangat memberatkan, terutama orangtua yang kurang mampu.
Besarnya uang daftar ulang tersebut Rp 710 ribu, yang dibayar langsung ke rekening SMKN 4 Kota Jambi. Satu di antara orangtua siswa mempertanyakan uang sebesar Rp 350 ribu, dari Rp 710 ribu tersebut.
"Kalau yang Rp 360 ribu, katanya uang untuk praktek. Tapi uang sebesar Rp 350 ribu itu belum jelas untuk apa. Bagi saya uang segitu sangat berarti, inilah yang saya pertanyakan," ujar orang tua siswa itu kepada Tribun, Senin (28/6).
Namun, soal biaya daftar ulang yang terkesan tinggi, dibantah Dra Hj Suhita Sulastri Mpd, Kepala Sekolah SMK Negeri 4 Kota Jambi. Katanya, biaya daftar ulang yang dibebankan kepada siswa kelas dua versi SMKN 4 Kota Jambi untuk tahun ini adalah Rp 705 ribu. Terdiri dari pembayaran uang bulanan dan tahunan Rp 345 ribu, serta biaya praktek industri Rp 360 ribu yang daya jangkaunya nasional.
Menurutnya, pembayaran uang bulanan dan tahunan itu meliputi OSIS, ekstrakulikuler, komite, pratikum, LKS, perbaikan, perawatan, dan pengadaan alat sekolah, asuransi, serta sertifikasi.
"Untuk pengadaan, sekolah membeli komputer, AC, kursi, dan pembayaran listrik," katanya Selasa (29/6).
Sedangkan biaya praktek industri, lanjutnya, dilakukan siswa kelas dua selama enam bulan. Uang tersebut digunakan untuk biaya akomodasi guru yang mengantar, menjemput, dan memonitoring siswa selama Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
PSG pada SMKN 4, kata Suhita, bisa berlangsung di seluruh Indonesia. Seperti pada tahun lalu siswa di sekolah yang memiliki empat jurusan ini pernah PSG di Kota Solo. "Praktek industri kami ini terbuka di seluruh Indonesia, jadi siswa bisa memilih di mana ia akan melaksanakan PSG ini. Yang pasti dengan keputusan dari kami sebagai pihak sekolah," jelas wanita berjilbab ini.
Suhita mengatakan, sebelum membuat keputusan pihak sekolah mengundang semua orangtua dan wali murid dalam menentukan pembiayaan. Sekolah selalu transparan dan mencari jalan tengah terbaik untuk sekolah dan orangtua.
"Mungkin yang sekarang mengeluh adalah orangtua yang tidak hadir pada rapat undangan kami," kata pemimpin sekolah RSBI ini.
Ia mengakui jika bantuan dari pemerintah tidak mampu menutupi biaya praktek yang dikeluarkan siswanya. Untuk satu kali praktek, lanjutnya, siswa bisa menghabiskan dana sebesar Rp 20 ribu. Dalam satu minggu jadwal praktek siswa sebanyak tiga kali.
"Coba dikalikan itu selama satu bulan, sedangkan siswa hanya membayar Rp 30 ribu per bulan. Untuk uang sekolah pun, siswa hanya mengeluarkan Rp 80 ribu perbulannya," ucapnya.
Untuk mengatasi masalah kekurangan, kata Suhita, selain dari pemerintah, dia menerapkan subsidi silang untuk saling menutupi biaya yang keluar dari masik masing jurusan. Seperti pada praktek siswa tata boga yang membuat kue, tidak jarang sekolah menjualnya untuk mengembalikan biaya produksi.
"Hanya dari itulah sekolah kami bisa bertahan dengan prestasi prestasi dan memajukan skill siswa," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar