Miyabi, Gayus dan Film Nasional
Jumat, 3 Desember 2010 10:03 WIB
Adam Rizal
Jakarta
Bintang film-film dewasa, Miyabi, dikabarkan akan mengunjungi Indonesia demi sebuah film nasional yang dibintanginya. Sejumlah kalangan menentang kedatangannya, sedangkan yang lainnya tidak memasalahkannya.
Uniknya, sejumlah pihak yang ditemui ANTARA News Kamis kemarin, menilai pornografi yang melekat ketat pada Miyabi, tidak hanya melulu berkaitan dengan soal-soal seksual, tetapi juga pornografi moral dan etika dalam soal hukum, politik, dan ekonomi.
Mereka juga mengkritik segelintir pelaku perfilman nasional yang memakai jalan pintas untuk mencapai popularitas dan keuntungan, dengan mengabaikan pesan-pesan ideal film.
"Saya lebih mengkhawatirkan Gayus (Tambunan) daripada Miyabi," kata Andrey Gromiko (24), mahasiswa Universitas Jember di Jakarta, Kamis (02/12).
Andrey mengatakan, Gayus merusak mental penegak hukum Indonesia dengan mengimingi uang, selain merugikan negara. Sebaliknya, Miyabi, dalam hubungannya dengan film biasa yang dibintanginya di Indonesia, tidak merugikan negara, sambung Andrey.
"Masalah moral biarlah itu tanggung jawab masing-masing," katanya.
Ayu Lestari (19), mahasiswi Institut Kesenian Jakarta, dan Ivan Habibi, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, berpandangan relatif sejalan dengan Andrey.
"Jika Miyabi bermain film dalam batas kewajaran dan kesopanan, ya oke-oke saja," kata Ayu.
Sedangkan Ivan menilai film bergenre horor yang diperankan Miyabi sama sekali bukan pornografi. "Artis-artis Indonesia malah tampil lebih seksi dari Miyabi yang memerankan film itu dan justru tidak dipermasalahkan," katanya.
Lain lagi dengan Agung Iriawan (30), seorang wirausaha. Dia mengkritik kualitas akting Miyabi dalam film nasional yang dibintanginya itu.
"Dalam film "Menculik Miyabi", akting Miyabi masih terlihat kaku," ujar Iriawan.
Pendapat Andrey, Ayu, dan Ivan disanggah sejumlah kaum muda lain yang memiliki perbedaan pandangan dan penilaian.
Bofan Muhammad (20), mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Orizon Astonia (19) yang mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ), mengemukakan pandangan sebaliknya dengan Andrey dkk.
Mereka berdua termasuk kelompok yang menentang Miyabi dan bintang-bintang porno lainnya turut membintangi film-film di tanah air.
"Walaupun negara demokrasi, budaya ketimuran masih melekat di Indonesia," kata Bofan.
Sementara Orizon menyatakan kemunculan Miyabi yang catatan kekuatan seni perannya meragukan --kecuali untuk film-film porno yang dibintanginya dan tak ada kaitanya dengan seni-- akan mengesankan bahwa tidak ada artis Indonesia yang pantas dan bertalenta untuk membintangi sebuah film.
"Meskipun Miyabi tidak main film panas di Indonesia, tapi ikon atau simbol yang melekat pada Miyabi adalah bintang porno," kata Orizon.
Partai politik
Orizon mengkritik metode kasar segelintir sineas dan produser film Tanah Air yang memanfaatkan secara vulgar popularitas bintang film porno dan label porno untuk menarik masyarakat menonton film-film mereka.
Rumah Produksi "Maxima Pictures", sebut Orizon, menggunakan Miyabi karena bintang panas itu sudah dikenal luas kalangan muda yang memang cenderung familiar dengan video-video porno yang bebas didapatkan di Indonesia.
"Maxima ingin memikat anak muda dengan wanita seksi dan berani. Dan itu semua terlihat dalam sosok Miyabi," kata Orizon.
Ivan menguatkan pendapat Orizon dengan menganalogikan prilaku segelintir sineas Indonesia itu dengan prilaku partai politik yang sering sekali menggunakan artis seksi untuk mendulang suara agar kandidat atau partainya menang dalam pemilu.
"Rumah produksi ingin melakukan hal serupa itu dengan menggunakan Miyabi karena para penonton jenuh dengan artis lokal," kata Ivan.
Pasar
Persaingan keras dalam dunia film nasional membuat rumah-rumah produksi memutar otak bagaimana filmnya laris di pasar tanpa memperhatikan pesan moral atau nilai dalam film itu.
Menjamurnya film bergenre horor dan cinta adalah contohnya, sedangkan film-film sarat nilai hanya muncul secara musiman, misalnya film perjuangan saat menjelang HUT Kemerdekaan RI dan film-film bertema rohani saat Ramadhan.
Orizon mengkritik rumah produksi karena lebih mementingkan pasar. "Segala cara ditempuh, hingga nekad mendatangkan artis porno.
Seharusnya rumah produksi melihat secara komprehensif karena karya film itu dinikmati khalayak ramai. Rumah produksi jenis ini egois karena hanya mengeduk untung untuk dirnya saja," kata Orizon.
Sementara Ayu mengkritik tema-tema film nasional yang temanya itu-itu saja. Saya sudah bosen dengan film cinta dan hantu yang tidak jelas," katanya.
Aji Utomo (20), mahasiswa IKJ lainnya, mencoba berpandangan seimbang dengan berusaha memahami kesulitan rumah produksi dalam menyeimbangkan antara kebutuhan memperkuat nilai dalam film dan tuntutan film itu harus lalu di pasar.
"Film yang nilainya bagus belum tentu laku, sedangkan film yang banyak peminatnya belum tentu memiliki nilai yang bagus," kata Aji.
WARUNG TEGAL KENA PAJAK 10 PERSEN PEDAGANG RESAH
RADAR JAMBI: TONI.S
Jumat, 3 Desember 2010 15:46 WIB
Adam Rizal
Jakarta
Suatu saat nanti, makan di warung tegal (Warteg) kemungkinan akan sama mahalnya dengan di restoran-restoran modern dan asing, jika pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, mengenakan pajak 10 persen kepada pengelola warung tegal (warteg).
Menjadi lebih mahal dari harga sekarang adalah konsekuensi logis dari pengenaan pajak, karena pemilik warteg kemungkinan besar mengkompensasi beban pajak itu dengan menaikkan harga produknya.
Padahal, penikmat warteg kebanyakan adalah warga kelas menengah ke bawah. Jika sepotong daging ayam di warteg, sama dengan harga sepotong ayam di restoran cepat saja modern, maka tentu saja akan menjadi pukulan terhadap pengelola warung tegal.
Oleh karena itu, kepada ANTARA News, sejumlah pengelola warteg serempak menentang rencana itu.
Di samping akan membuat dagangannya tidak laku mengingat beban pajak memaksa harga produk dinaikkan, juga karena sebagian besar dari pengelola wartge rutin mengeluarkan biaya sejenis pajak kepada baik aparat resmi, maupun tidak resmi.
"Aduh, jangan deh mas, yang ini saja belum tentu habis semua," kata Abu Bakar (37), penjual gado-gado di Jalan Agus Salim atau dulu bernama Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Deni, yang menolak menyebutkan nama lengkapnya, dan pemilik warung makan padang di daerah sama dengan Abu Bakar, mengatakan rencana pengenaan pajak itu jelas mengewakannya, apalagi setiap tahun dia disiplin membayar pajak.
"Setiap tahun kami selalu bayar, masa harus dinaikan lagi?" kata Deni.
Konsumen juga yang tanggung
Masnur Hidayat (31), pemilik warteg "Ibu Wati" di Jakarta Pusat, menyuarakan suara sama dengan Deni. Dia menilai beban pajak akan semakin memperbesar pengeluaran mereka, apalagi segala kebutuhan hidup belakangan ini terus naik.
"Biaya hidup di Jakarta sudah berat, jangan ditambah lagi," kata Masnur, kesal.
Para konsumen warung tegal sendiri seakan menyampaikan solidaritas kepada para penyaji makanan di warung tegal, misalnya Muhammad Ilham.
Pria berusia 25 tahun dan pegawai satu operator komunikasi swasta di Jakarta Pusat ini mengungkapkan kekurangsetujuannya pada langkah Pemda DKI membebankan pajak kepada pemilik warteg.
Dia ingin pemerintah daerah juga menerangkan kepada pemilik warteg mengenai kompensasi yang mereka peroleh jika pajak dikenakan kepada mereka.
"Take and give-nya harus jelas. Mungkin setiap warteg dipasangi AC," kata Ilham.
Lain lagi dengan Syahroni (28), seorang tukang ojek di daerah tersebut. Dia tidak bersetuju dengan pengenaan pajak kepada warteg, karena itu berarti bakal menaikkan harga makanan di warteg.
"Setiap siang saya makan di warteg," kata Syahroni, menggambarkan ketergantungannya kepada warteg.
Jika makanan di warteg dinaikkan, tentu akan membuat Syahroni merogoh lagi kantong lebih dalam, dan itu berarti dia harus semakin sporadis mengejar penumpang. Bukan tidak mungkin, Syahroni dan tukang ojek lain menaikkan ongkos jasa ojeknya.
Dilemma pemilik warteg
Para pemilik warteg gamang. Ada yang berencana menaikkan harga, tapi hanya sedikit yang berjanji untuk membiarkan harga makanan mereka seperti sekarang berlaku.
"Mau bagaimana lagi, semoga pelanggan dan pembeli mau memahami," kata Deni yang berencana menaikkan harga.
Sementara Masnur masih ragu untuk menaikkan harga. "Saya bingung mau ngomong apa ke pelanggan nanti," ujarnya.
Masnur bingung menjelaskan kepada pembeli, karena harga komponen-komponen masakan di warung tegal belum naik.
"Mahal banget bang, harga sembako di pasar saja tidak naik," kata Masnur.
Sedangkan Abu berencana tidak menaikkan harga karena takut jika pelanggannya beralih ke warung lain. "Nggak usah dinaikkan lah, entar kabur semua langganan saya," kata Abu.
Masnur mengaku rutin menyetorkan biaya retribusi keamanan setiap bulan.
Jumat, 3 Desember 2010 15:46 WIB
Adam Rizal
Jakarta
Suatu saat nanti, makan di warung tegal (Warteg) kemungkinan akan sama mahalnya dengan di restoran-restoran modern dan asing, jika pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, mengenakan pajak 10 persen kepada pengelola warung tegal (warteg).
Menjadi lebih mahal dari harga sekarang adalah konsekuensi logis dari pengenaan pajak, karena pemilik warteg kemungkinan besar mengkompensasi beban pajak itu dengan menaikkan harga produknya.
Padahal, penikmat warteg kebanyakan adalah warga kelas menengah ke bawah. Jika sepotong daging ayam di warteg, sama dengan harga sepotong ayam di restoran cepat saja modern, maka tentu saja akan menjadi pukulan terhadap pengelola warung tegal.
Oleh karena itu, kepada ANTARA News, sejumlah pengelola warteg serempak menentang rencana itu.
Di samping akan membuat dagangannya tidak laku mengingat beban pajak memaksa harga produk dinaikkan, juga karena sebagian besar dari pengelola wartge rutin mengeluarkan biaya sejenis pajak kepada baik aparat resmi, maupun tidak resmi.
"Aduh, jangan deh mas, yang ini saja belum tentu habis semua," kata Abu Bakar (37), penjual gado-gado di Jalan Agus Salim atau dulu bernama Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Deni, yang menolak menyebutkan nama lengkapnya, dan pemilik warung makan padang di daerah sama dengan Abu Bakar, mengatakan rencana pengenaan pajak itu jelas mengewakannya, apalagi setiap tahun dia disiplin membayar pajak.
"Setiap tahun kami selalu bayar, masa harus dinaikan lagi?" kata Deni.
Konsumen juga yang tanggung
Masnur Hidayat (31), pemilik warteg "Ibu Wati" di Jakarta Pusat, menyuarakan suara sama dengan Deni. Dia menilai beban pajak akan semakin memperbesar pengeluaran mereka, apalagi segala kebutuhan hidup belakangan ini terus naik.
"Biaya hidup di Jakarta sudah berat, jangan ditambah lagi," kata Masnur, kesal.
Para konsumen warung tegal sendiri seakan menyampaikan solidaritas kepada para penyaji makanan di warung tegal, misalnya Muhammad Ilham.
Pria berusia 25 tahun dan pegawai satu operator komunikasi swasta di Jakarta Pusat ini mengungkapkan kekurangsetujuannya pada langkah Pemda DKI membebankan pajak kepada pemilik warteg.
Dia ingin pemerintah daerah juga menerangkan kepada pemilik warteg mengenai kompensasi yang mereka peroleh jika pajak dikenakan kepada mereka.
"Take and give-nya harus jelas. Mungkin setiap warteg dipasangi AC," kata Ilham.
Lain lagi dengan Syahroni (28), seorang tukang ojek di daerah tersebut. Dia tidak bersetuju dengan pengenaan pajak kepada warteg, karena itu berarti bakal menaikkan harga makanan di warteg.
"Setiap siang saya makan di warteg," kata Syahroni, menggambarkan ketergantungannya kepada warteg.
Jika makanan di warteg dinaikkan, tentu akan membuat Syahroni merogoh lagi kantong lebih dalam, dan itu berarti dia harus semakin sporadis mengejar penumpang. Bukan tidak mungkin, Syahroni dan tukang ojek lain menaikkan ongkos jasa ojeknya.
Dilemma pemilik warteg
Para pemilik warteg gamang. Ada yang berencana menaikkan harga, tapi hanya sedikit yang berjanji untuk membiarkan harga makanan mereka seperti sekarang berlaku.
"Mau bagaimana lagi, semoga pelanggan dan pembeli mau memahami," kata Deni yang berencana menaikkan harga.
Sementara Masnur masih ragu untuk menaikkan harga. "Saya bingung mau ngomong apa ke pelanggan nanti," ujarnya.
Masnur bingung menjelaskan kepada pembeli, karena harga komponen-komponen masakan di warung tegal belum naik.
"Mahal banget bang, harga sembako di pasar saja tidak naik," kata Masnur.
Sedangkan Abu berencana tidak menaikkan harga karena takut jika pelanggannya beralih ke warung lain. "Nggak usah dinaikkan lah, entar kabur semua langganan saya," kata Abu.
Masnur mengaku rutin menyetorkan biaya retribusi keamanan setiap bulan.
BI: PERTAHANKAN SUKU BUNGA 6,5 PERSEN
RADAR JAMBI: TONI.S
BI Rate 6,5 Persen
Jumat, 3 Desember 2010 13:36 WIB
Ilustrasi
Jakarta Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Jumat, memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5 persen yang sudah bertahan sejak September 2009 dan didasari pada evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini.
Selain itu juga beberapa faktor risiko yang masih dihadapi dan prospek ekonomi ke depan.
Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah di Jakarta, Jumat, mengatakan, Dewan Gubernur memandang level BI Rate saat ini masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan serta mendorong intermediasi perbankan.
Evaluasi terhadap kinerja dan prospek perekonomian secara umum mengarah pada kondisi yang lebih baik, sementara pertumbuhan ekonomi 2011 dan 2012 diperkirakan akan meningkat dengan sumber pertumbuhan yang semakin berimbang.
Tekanan inflasi yang meningkat akhir-akhir ini lebih banyak bersumber dari inflasi kelompok volatile foods, sementara inflasi inti masih relatif terkendali.
Sementara untuk menghadapi masih adanya risiko terkait derasnya aliran modal dan besarnya ekses likuiditas domestik, Dewan Gubernur menegaskan bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial menjadi sangat penting untuk pengelolaan makroekonomi secara keseluruhan serta untuk membawa inflasi pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 4-6 persen pada 2011 dan 3,5 - 5,5 persen pada 2012.
Dewan Gubernur juga mencatat bahwa proses pemulihan ekonomi global sepanjang 2010 terus berlanjut meski cenderung melambat dan dengan kecepatan yang tidak merata di berbagai kawasan.
Di sisi domestik, Dewan Gubernur berpandangan bahwa perekonomian Indonesia pada 2010 menunjukkan akselerasi pemulihan ekonomi yang cukup baik.
Pencapaian kinerja ekonomi tersebut didukung stabilitas makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2010 diperkirakan lebih baik dari triwulan sebelumnya, sehingga pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2010 diperkirakan sebesar 6 persen.
Perbaikan ekonomi tersebut ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya permintaan ekspor dan membaiknya investasi.
Di sisi Neraca Pembayaran, pertumbuhan ekspor yang tetap kuat serta aliran modal masuk, baik dalam bentuk PMA maupun investasi portfolio yang masih kuat membawa dampak pada peningkatan surplus Neraca Pembayaran Indonesia.
Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2010 tercatat sebesar 92,759 miliar dolar AS atau setara dengan 6,96 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
BI Rate 6,5 Persen
Jumat, 3 Desember 2010 13:36 WIB
Ilustrasi
Jakarta Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, Jumat, memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5 persen yang sudah bertahan sejak September 2009 dan didasari pada evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perekonomian terkini.
Selain itu juga beberapa faktor risiko yang masih dihadapi dan prospek ekonomi ke depan.
Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah di Jakarta, Jumat, mengatakan, Dewan Gubernur memandang level BI Rate saat ini masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi ke depan dan tetap kondusif untuk menjaga stabilitas keuangan serta mendorong intermediasi perbankan.
Evaluasi terhadap kinerja dan prospek perekonomian secara umum mengarah pada kondisi yang lebih baik, sementara pertumbuhan ekonomi 2011 dan 2012 diperkirakan akan meningkat dengan sumber pertumbuhan yang semakin berimbang.
Tekanan inflasi yang meningkat akhir-akhir ini lebih banyak bersumber dari inflasi kelompok volatile foods, sementara inflasi inti masih relatif terkendali.
Sementara untuk menghadapi masih adanya risiko terkait derasnya aliran modal dan besarnya ekses likuiditas domestik, Dewan Gubernur menegaskan bahwa penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial menjadi sangat penting untuk pengelolaan makroekonomi secara keseluruhan serta untuk membawa inflasi pada sasaran yang ditetapkan, yaitu 4-6 persen pada 2011 dan 3,5 - 5,5 persen pada 2012.
Dewan Gubernur juga mencatat bahwa proses pemulihan ekonomi global sepanjang 2010 terus berlanjut meski cenderung melambat dan dengan kecepatan yang tidak merata di berbagai kawasan.
Di sisi domestik, Dewan Gubernur berpandangan bahwa perekonomian Indonesia pada 2010 menunjukkan akselerasi pemulihan ekonomi yang cukup baik.
Pencapaian kinerja ekonomi tersebut didukung stabilitas makro dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2010 diperkirakan lebih baik dari triwulan sebelumnya, sehingga pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2010 diperkirakan sebesar 6 persen.
Perbaikan ekonomi tersebut ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya permintaan ekspor dan membaiknya investasi.
Di sisi Neraca Pembayaran, pertumbuhan ekspor yang tetap kuat serta aliran modal masuk, baik dalam bentuk PMA maupun investasi portfolio yang masih kuat membawa dampak pada peningkatan surplus Neraca Pembayaran Indonesia.
Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir November 2010 tercatat sebesar 92,759 miliar dolar AS atau setara dengan 6,96 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
DAFTAR TERBARU 40 ORANG TERKAYA INDONESIA TAHUN 2010
RADAR JAMBI: TONI.S
Jumat, 3 Desember 2010 13:59 WIB
Ilustrasi (grafis)
Jakarta
Seperti tahun lalu, R. Budi (69) dan Michael Hartono (71) tahun ini berada di posisi teratas dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes.
Dalam daftar yang dipublikasikan di Jakarta, Jumat, disebutkan dua penghasilan bersaudara yang mewarisi pabrik rokok Djarum dari ayah mereka dan bertambah kaya dengan pemasukan dari Bank Central Asia dan usaha sawit itu pada tahun ini mencapai 11 miliar dolar AS, naik dari 2009 yang sebesar tujuh miliar dolar AS.
Setelah R. Budi dan Michael Hartono, orang yang tercatat paling kaya nomor dua di Indonesia adalah Susilo Wonowidjojo (54) dengan penghasilan delapan miliar dolar AS. Keluarga Susilo merupakan pemilik perusahaan rokok kretek Gudang Garam yang dalam dua tahun terakhir nilai sahamnya naik sepuluh kali lipat.
Susilo menggeser Martua Sitorus (50), dari Wilmar International, pedagang minyak sawit terbesar di Asia, yang kini menempati posisi keempat dengan penghasilan 3,2 miliar dolar AS, naik dari 2009 yang hanya tiga miliar dolar AS.
Sementara Eka Tjipta Widjaja (87) yang pendapatannya bersumber dari perusahaan penghasil minyak kelapa sawit Golden Agri-Resources tercatat berpenghasilan enam miliar dolar AS, naik 3,6 miliar dolar AS dari tahun 2009.
Selain ketiga wajah lama itu, ada beberapa wajah baru yang untuk pertama kali masuk dalam daftar orang terkaya Forbes. "Ada sekitar 40 persen orang baru tahun ini," kata CEO Majalah Forbes Indonesia Millie Stephanie.
Mereka antara lain Sri Prakash Lohia (59) dari Indorama Syntetics dengan kekayaan 2,6 miliar dolar AS pada posisi lima dan Vice President Comissioner Indika Energy Agus Lasmono Sudwikadmono (39) pada peringkat ke-24 dengan penghasilan 845 juta dolar AS.
Berikut daftar lengkap dari 40 orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes:
Ilustrasi (grafis)
Jakarta
Seperti tahun lalu, R. Budi (69) dan Michael Hartono (71) tahun ini berada di posisi teratas dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes.
Dalam daftar yang dipublikasikan di Jakarta, Jumat, disebutkan dua penghasilan bersaudara yang mewarisi pabrik rokok Djarum dari ayah mereka dan bertambah kaya dengan pemasukan dari Bank Central Asia dan usaha sawit itu pada tahun ini mencapai 11 miliar dolar AS, naik dari 2009 yang sebesar tujuh miliar dolar AS.
Setelah R. Budi dan Michael Hartono, orang yang tercatat paling kaya nomor dua di Indonesia adalah Susilo Wonowidjojo (54) dengan penghasilan delapan miliar dolar AS. Keluarga Susilo merupakan pemilik perusahaan rokok kretek Gudang Garam yang dalam dua tahun terakhir nilai sahamnya naik sepuluh kali lipat.
Susilo menggeser Martua Sitorus (50), dari Wilmar International, pedagang minyak sawit terbesar di Asia, yang kini menempati posisi keempat dengan penghasilan 3,2 miliar dolar AS, naik dari 2009 yang hanya tiga miliar dolar AS.
Sementara Eka Tjipta Widjaja (87) yang pendapatannya bersumber dari perusahaan penghasil minyak kelapa sawit Golden Agri-Resources tercatat berpenghasilan enam miliar dolar AS, naik 3,6 miliar dolar AS dari tahun 2009.
Selain ketiga wajah lama itu, ada beberapa wajah baru yang untuk pertama kali masuk dalam daftar orang terkaya Forbes. "Ada sekitar 40 persen orang baru tahun ini," kata CEO Majalah Forbes Indonesia Millie Stephanie.
Mereka antara lain Sri Prakash Lohia (59) dari Indorama Syntetics dengan kekayaan 2,6 miliar dolar AS pada posisi lima dan Vice President Comissioner Indika Energy Agus Lasmono Sudwikadmono (39) pada peringkat ke-24 dengan penghasilan 845 juta dolar AS.
Berikut daftar lengkap dari 40 orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes:
- R.Budi (69) dan Michael Hartono (71) dengan penghasilan 11 miliar dolar AS. Keduanya pewaris perusahaan rokok Djarum. Selain itu mereka mendapat pemasukan besar dari Bank Central Asia dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan.
- Susilo Wonowidjojo (54) dengan penghasilan delapan miliar dolar AS. Pemimpin pabrik rokok Gudang Garam milik keluarganya. Selain dari pabrik rokok, penghasilannya juga berumber dari perusahaan minyak kelapa sawit.
- Eka Tjipta Widjaja (87) dengan penghasilan enam miliar dolar AS. Lebih dari separuh kekayaan ayah dari 15 anak ini berasal dari bisnis minyak sawit Golden Agri-Resources yang dijalankan anaknya, Franky.
- Martua Sitorus (50) dengan penghasilan 3,2 miliar dolar AS. Ayah dari empat anak ini adalah pimpinan Wilmar International, pedagang minyak sawit besar di Asia.
- Anthoni Salim (61) dengan penghasilan tiga miliar dolar AS. Dia pemimpin perusahaan keluarga Salim Group.
- Sri Prakash Lohia (58) dengan penghasilan 2,65 miliar dolar AS. Orang India yang kini menjadi warga negara Indonesia dan mengendalikan Indorama Syntetics, pabrik poliester terbesar di Indonesia.
- Low Tuck Kwong (62) dengan kekayaan 2,6 miliar dolar AS. Penghasilan pria kelahiran Singapura yang sekarang memiliki dua anak ini bersumber dari perusahaan batubara Bayan Resources.
- Peter Sondakh (58) dengan penghasilan 2,4 miliar dolar AS.
- Putera Sampoerna (63) dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS.
- Aburizal Bakrie (64) dengan penghasilan 2,1 miliar dolar AS, utamanya dari batubara. Kekayaan Ical-- nama sapaannya-- turun 0,4 miliar dari tahun lalu. Tahun 2009 kekayaannya 2,5 miliar dolar AS dan berada pada peringkat empat daftar 40 orang terkaya Indonesia.
- Kiki Barki (71) dengan kekayaan 1,7 miliar dolar AS, utamanya dari bisnis batubara dari perusahaannya, Harum Energy.
- Eddy William Katuari (59) dengan kekayaan 1,65 miliar dolar AS. Dia pemilik produsen barang konsumsi Wings Group.
- Edwin Soeryadjaya (61) dengan penghasilan 1,6 miliar dolar AS. Pendapatannya bersumber dari perusahaan ekuitasnya, Saratoga Capital, yang banyak bergerak di bidang pertambangan batubara.
- Boenjamin Setiawan (77) dengan kekayaan 1,5 miliar dolar AS. Dia salah satu pendiri Kalbe Farma.
- Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Tohir (45) dengan kekayaan 1,45 miliar dolar AS.
- Konglomerat Sukanto Tanoto (60) dengan kekayaan 1,4 miliar dolar AS.
- Theodore Rachmar (67) dengan penghasilan 1,35 miliar dolar AS. Dia memulai karir dari Astra dan sekarang terlibat di Adaro Energy.
- Pemilik Para Group Chairul Tanjung (47) dengan kekayaan 1,25 miliar dolar AS.
- Pendiri Central Cipta Murdaya, Murdaya Poo (69), dengan penghasilan 1,15 miliar dolar AS.
- Ciliandra Fangiono (34) dengan penghasilan 1,1 miliar dolar, utamanya dari bisnis minyak kelapa sawit.
- Benny Subianto (68) dengan kekayaan 1,05 miliar dolar AS.
- Arifin (65) dan Hilmi (55) Panigoro dengan kekayaan 985 juta dolar AS.
- Sjamsul Nursalim (69) dengan kekayaan 850 juta dolar AS.
- Agus Lasmono Sudwikatmono (34) dengan kekayaan 845 juta dolar AS.
- Kartini Muljadi (80) dengan kekayaan 840 juta dolar AS.
- Tahir (58) dengan kekayaan 805 juta dolar AS.
- Sandiaga Uno (41) dengan kekayaan 795 juta dolar AS, utamanya dari perusahaan tambang batubara.
- Pendiri Lippo Group, Mochtar Riady (81), dengan penghasilan 730 juta dolar AS.
- Ciputra (79) dengan penghasilan 725 juta dolar AS, utamanya dari perusahaan properti Ciputra Group.
- Hashim Djojohadikusumo (56) dengan penghasilan 680 juta dolar AS.
- Harjo Sutanto (84), salah satu pendiri Wings Group, dengan kekayaan 675 juta dolar AS.
- Trihatma Haliman (58) dari Agung Podomoro, dengan kekayaan 600 juta dolar AS.
- Pengusaha media, Hary Tanoesoedibjo (45), dengan kekayaan 595 juta dolar AS.
- Pendiri Lion Air, Kusnan (51) dan Rusdi Kirana (47), dengan penghasilan 580 juta dolar AS.
- Wiwoho Basuki Tjokronrgoro (71) dengan kekayaan 575 juta dolar AS.
- Engki Wibowo (59) dan Jenny Quantero (58) dengan kekayaan 560 juta dolar AS.
- Husain Djojonegoro (61) dari produsen barang konsumsi ABC Group dengan kekayaan 545 juta dolar AS.
- Eka Tjandranegara (64) dengan kekayaan 525 juta dolar AS.
- Sutanto Djuhar (81) dengan kekayaan 490 juta dolar AS.
- Prajogo Pangestu (59) dengan kekayaan 455 juta dolar AS.
MELIHAT NASIB LEWAT GARIS TANGAN
RADAR JAMBI: TONI.S
Garis Tangan Secara Umum
1. Garis Korset Putus-putus, Terlalu sensitif Garis Jelas, Terlalu emosional, dalam mengerjakan sesuatu perlu sesuatu yang merangsang dan variatif Tidak ada garis, Kepribadian yang tenang. Pendek, Berempati terhadap perasaan orang lain Memotong garis nasib dan garis matahari, memiliki bakat khusus Berakhir pada bukit Merkuri, Mempunyai tenaga yang besar namun cenderung berlebihan Menelusuri sisi tangan, penakut.
2. Bima Sakti Melengkung, Membenci dirinya sendiri Lurus, Tidak setia dan kurang menyukai stabilitas Lurus dan panjang, Pandai berargumen dengan moralitas yang meragukan Melengkung dan berawal di dalam bukit Venus, Menanggapi segala hal berlebihan dan dapat menjadi ekstrem. Garis cabang Bersilang dengan garis matahari, Kerugian keuangan sebagai akibat suatu hubungan (misal penyelesaian perceraian yang mahal) jika garis itu bersilang. Berbakat menjadi orang yang kaya jika garis-garis tesebut tidak bersilang.
3. Gelang Lebih dari 1 garis dan jelas, Kehidupan yang sehat, sejahtera, berumur panjang dan damai. Bagian atas melengkung ke dalam telapak tangan, Dapat mengalami kesulitan ketika melahirkan. Garis dari bagian atas ke arah bukit Merkuri, Kekayaan mendadak. Garis dari bagian atas ke arah bukit Jupiter, Perjalanan yang panjang dan menguntungkan.
4. Garis Kesehatan Putus-putus, Stamina kurang Tidak ada garis, Keadaan fisik yang kuat dan sehat Sangat Jelas, Daya tahan tubuh rendah Bergelombang, Masalah pencernaan Menyentuh garis kehidupan, Berbahaya, perlu perawatan kesehatan ekstra pada saat itu.
5. Garis Kehidupan Dakhil/Mars Jelas, memiliki daya tahan tinggi jika terserang penyakit atau musibah.
6. Garis Perkawinan Kabur, mengindikasikan hubungan yang dimiliki tidak terlalu akrab. Terlihat jelas, Hubungan yang akrab. Jumlah garis dianggap mengindikasikan jumlah hubungan. Terputus, Perceraian atau perpisahan Panjang dan lurus, Hubungan yang lama dan bahagia Garis terputus namun menyambung, Berkumpul kembali setelah berpisah. Dua Garis, Hubungan dengan dua orang pada saat bersamaan, kedalaman relatif dari hubungan ini diindikasikan dengan kuatnya garis. Melengkung jelas ke atas, Tidak menikah. Melengkung ke atas berpotongan dengan garis matahari, Perkawinan tidak bahagia. Jika tidak berpotongan, dapat menikah dengan orang terkenal atau kaya. Melengkung ke bawah, Berusia lebih panjang dari pasangan Diakhiri bentuk cabang, Perceraian atau perpisahan Terpotong korset, Perkawinan yang tidak bahagia Diawali bentuk cabang, Penundaan atau frustasi pada awal hubungan.
7. Garis Anak Jumlah garis dianggap mengindikasikan jumlah anak; garis yang lebih jelas menunjukkan anak laki-laki sedangkan
Garis Tangan Secara Umum
1. Garis Korset Putus-putus, Terlalu sensitif Garis Jelas, Terlalu emosional, dalam mengerjakan sesuatu perlu sesuatu yang merangsang dan variatif Tidak ada garis, Kepribadian yang tenang. Pendek, Berempati terhadap perasaan orang lain Memotong garis nasib dan garis matahari, memiliki bakat khusus Berakhir pada bukit Merkuri, Mempunyai tenaga yang besar namun cenderung berlebihan Menelusuri sisi tangan, penakut.
2. Bima Sakti Melengkung, Membenci dirinya sendiri Lurus, Tidak setia dan kurang menyukai stabilitas Lurus dan panjang, Pandai berargumen dengan moralitas yang meragukan Melengkung dan berawal di dalam bukit Venus, Menanggapi segala hal berlebihan dan dapat menjadi ekstrem. Garis cabang Bersilang dengan garis matahari, Kerugian keuangan sebagai akibat suatu hubungan (misal penyelesaian perceraian yang mahal) jika garis itu bersilang. Berbakat menjadi orang yang kaya jika garis-garis tesebut tidak bersilang.
3. Gelang Lebih dari 1 garis dan jelas, Kehidupan yang sehat, sejahtera, berumur panjang dan damai. Bagian atas melengkung ke dalam telapak tangan, Dapat mengalami kesulitan ketika melahirkan. Garis dari bagian atas ke arah bukit Merkuri, Kekayaan mendadak. Garis dari bagian atas ke arah bukit Jupiter, Perjalanan yang panjang dan menguntungkan.
4. Garis Kesehatan Putus-putus, Stamina kurang Tidak ada garis, Keadaan fisik yang kuat dan sehat Sangat Jelas, Daya tahan tubuh rendah Bergelombang, Masalah pencernaan Menyentuh garis kehidupan, Berbahaya, perlu perawatan kesehatan ekstra pada saat itu.
5. Garis Kehidupan Dakhil/Mars Jelas, memiliki daya tahan tinggi jika terserang penyakit atau musibah.
6. Garis Perkawinan Kabur, mengindikasikan hubungan yang dimiliki tidak terlalu akrab. Terlihat jelas, Hubungan yang akrab. Jumlah garis dianggap mengindikasikan jumlah hubungan. Terputus, Perceraian atau perpisahan Panjang dan lurus, Hubungan yang lama dan bahagia Garis terputus namun menyambung, Berkumpul kembali setelah berpisah. Dua Garis, Hubungan dengan dua orang pada saat bersamaan, kedalaman relatif dari hubungan ini diindikasikan dengan kuatnya garis. Melengkung jelas ke atas, Tidak menikah. Melengkung ke atas berpotongan dengan garis matahari, Perkawinan tidak bahagia. Jika tidak berpotongan, dapat menikah dengan orang terkenal atau kaya. Melengkung ke bawah, Berusia lebih panjang dari pasangan Diakhiri bentuk cabang, Perceraian atau perpisahan Terpotong korset, Perkawinan yang tidak bahagia Diawali bentuk cabang, Penundaan atau frustasi pada awal hubungan.
7. Garis Anak Jumlah garis dianggap mengindikasikan jumlah anak; garis yang lebih jelas menunjukkan anak laki-laki sedangkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar