Sabtu, 18 September 2010

DNPI: Cegah Deforestrasi Kurangi Emisi

News publik :



Untuk memenuhi target negara mengurangi 26 persen emisi gas rumah kaca pada 2020, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) menemukan lima cara utama pengurangan emisi. Yakni pencegahan pengrusakan hutan atau deforestrasi, pencegahan kebakaran lahan gambut, pencegahan oksidasi lahan gambut, penerapan manajemen kehutanan berkelanjutan, dan penghutanan kembali.

Kelima cara itu diyakini DNPI dapat mengurangi tanpa disertai penurunan keuntungan ekonomi negara. "Kita cari strategi mengurangi emisi tapi tidak mengurangi kegiatan ekonomi. Turunkan emisi, tapi ekonomi naik. Dengan strategi yang tepat, berlandaskan data," ujar Ketua DNPI, Rachmat Witoelar dalam jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (6/9/2010).

Kepala Sekretariat DNPI Agus Purnomo mencontohkan, pencegahan deforestrasi dapat dilakukan dengan menerapkan zero burning atau tidak melakukan pembakaran saat membuka lahan. Mengurangi dekomposisi gambut dapat dilakukan dengan rehabilitasi lahan gambut, penyiraman kembali, dan penataan menajemen pengairan.

Strategi pengurangan emisi oleh DNPI tersebut dirumuskan melalui penelitian selama 18 bulan yang melibakan instansi pemerintah, swasta, dan LSM. Penelitian tersebut melihat delapan sektor berkaitan dengan emisi, yakni gambut, kehutanan, pertanian, energi, transportasi, minyak dan gas, semen, serta bangunan.

Dari kedelapan sektor, menurut DNPI, lahan gambut dan kehutanan merupakan penyumbang emisi terbesar di Indonesia.

Menurut Kepala Sekretariat DNPI Agus Purnomo, sumbangan emisi lahan gambut yang kaya akan karbon itu mencapai 41 persen dari total emisi Indonesia. Sedangkan sektor kehutanan sumbang 37 persen. "Pengolahan alih guna lahan gambut dan listrik yang paling besar," katanya.

Diharapkan, dengan lima strategi utama serta strategi lainnya, Indonesia dapat mengurangi emisi hingga 70 persen pada 2030. Adapun sumbangan emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2005 mencapai 2,1 giga ton. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 3,2 giga ton pada 2030 seiring pembangunan ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar