Sabtu, 18 September 2010

Mengenang Arsep, Wartawan yang Dibunuh

News publik :
dok pribadi
Arsep Pajario.


Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Arsep Pajario, sejawat, sahabat dan saudara kami tercinta berpulang ke Rahmatullah. Arsep biasa disapa Asep sesuai kode tulisan reportasenya di Sriwijaya Post.

Jasadnya ditemukan Jumat (17/9/2010) dalam kondisi mengenaskan di rumahnya, Jalan S Suparman, Komplek Citra Dago D9, Palembang, Sumatera Selatan. Diduga Arsep meninggal sejak tiga hari sebelumnya.

Arsep yang juga dipanggil Aceng dikenal ulet dan supel. Begitu banyak teman sejawat maupun rekan relasi selama almarhum menjalani profesi sebagai wartawan sangat kehilangan sosok seorang Aceng. Suka menolong, itulah salah satu sifat Aceng yang sangat kental.

Buktinya, tak terhitung teman yang dibantunya terutama dalam hal finansial. Nilawati, wartawati kantor berita Antara yang bertugas liputan di Pemerintah Kota Palembang mengaku sangat kehilangan.

Sosok Aceng bagaikan dewa penyelamat ketika Nila membutuhkan sebuah ponsel multifungsi untuk tugas jurnalistiknya.

"Kak Asep yang bantu saya. Bukan hanya saya tapi banyak teman lain yang dibantunya. Meskipun dengan cara beli cicil, tapi itu bukti bahwa Kak Asep itu baik dan suka menolong," kata Nila.

Nila pula yang terakhir menerima balasan SMS (short massage service) dari salah satu ponsel almarhum pada Kamis (16/9/2010) sekitar pukul 12.00 WIB yang isinya menyatakan almarhum sedang berada di dusun.

"Aku kirim SMS menanyakan keberadaan dia, dijawabnya SMS aku bahwa dia sedang di dusun. Itu kemarin, makanya aku tak percaya Kak Asep meninggalnya sudah beberapa hari," kata Nila.

Rika, wartawati Harian Palembang Pos yang juga satu pos liputan dengan almarhum, mengaku juga sangat kehilangan. Keseharian bersama-sama almarhum menjalankan tugas mencari berita membuat Rika mengaku mengerti pribadi almarhum.

"Biasanya Kak Asep itu yang suka menyegarkan suasana. Beberapa hari terakhir ini dia cuti Lebaran jadi kami tidak terpantau. Saya sedih sekali, almarhum itu baik dan supel di mata saya dan teman-teman. Saya suka sharing perihal berita yang kami liput dengan almarhum," kata Rika yang menangis tersedu-sedu di bus kota ketika akan melihat jenazah almarhum di kediamannya.

Saya pun cukup akrab dengan Aceng karena sama-sama bertugas di Sriwijaya Post sejak tahun 90-an. Hanya beda satu tahun dengan almarhum, saya bertugas di sejak tahun 1991.

Waktu itu kami sama-sama di bagian redaksi namun bukan wartawan. Baru sekitar tahun 2000- an almarhum bertugas sebagai wartawan dan berselang sekitar satu tahunan saya pun ditugasi sebagai wartawan.

Suka duka selama bertugas hampir setiap saat diceritakan Aceng. Yang membuat dia bersedih adalah apabila berita yang ditulisnya tak dimuat. "Aku sedih berita aku tidak dimuat. Apa yang salah ya, padahal aku sudah buat sedemikian rupa," kata Aceng suatu ketika menyatakan rasa tak puasnya apabila tulisannya tak dimuat dan dia bisa memenangkan lomba menulis di berbagai ajang.

Rasa bangga bisa menulis bagus dan memenangkan lomba itu pula yang menjadi pemicu Aceng untuk terus mengabdi sebagai wartawan. Tak pernah ada rasa menyerah untuk terus menekuni profesinya sebagai wartawan.

Justru almarhum sering memberi support saya agar terus mengabdi selagi bisa dan mampu sebagai wartawan.

Aceng kerap mengontak via ponselnya ketika dia sedang kesal, sedang sedih atau hanya ingin curhat. Namun sangat disayangkan, Aceng jarang menceritakan masalah pribadinya meskipun saya tahu itu sangat privasi dan saya pun enggan untuk mengoreknya.

Terakhir kontak dengan almarhum adalah Kamis (16/9) sekitar pukul 12.00 WIB. Saya bersama rekan Nila dan Rika menelepon ke salah satu nomor ponselnya namun tidak dijawab meskipun nadanya aktif. Selamat jalan, sahabat, saudaraku. Semoga engkau tenang di alam sana.

Wartawan Ditelepon Sebelum Diracun

News publik :
dok pribadi
Arsep Pajario.


Polisi masih terus menyelidiki meninggalnya wartawan Sriwijaya Post, Arsep Pajario. Sejumlah saksi sudah dimintai keterangan, termasuk rekan-rekan dekat korban.

Oji, sahabat Arsep pemilik salon di bilangan Jl Kol H Barlian KM 5 Palembang, Sumatera Selatan, mengatakan, ada seorang pria misterius yang beberapa hari ini dekat dengan Arsep.

Pria misterius itu sempat dikenalkan Arsep ke Oji beberapa hari sebelumnya. "Arsep dateng dengan laki-laki itu, badannya tegap, Arsep mengenalkannya sebagai sahabatnya yang kuliah di Kota Medan dan tinggal di Pangkalan Balai, Banyuasin," kata Oji kepada Sriwijaya Post.

Menurut Oji, pada Selasa (14/9/2010) lalu, Arsep sempat bertandang ke Salon Oji sendirian. Saat di salon, tiba-tiba Arsep ditelepon oleh lelaki itu. "Dia ditelepon, katanya laki-laki itu sudah menunggu di rumah Arsep di Citra Dago," kata Oji. Arsep pun bergegas pulang.

Itulah saat terakhir Arsep bertemu dengan Oji. Menurut Oji, baju yang dikenakan Arsep saat ditemukan tak bernyawa masih sama dengan yang dipakai saat datang ke salon Oji pada Selasa itu.

Informasi dari lapangan, diduga Arsep korban perampokan. Sejumlah barang berharganya seperti ponsel, uang dalam dompet dan laptop raib. Hanya saja pelaku masuk ke dalam rumah tidak dengan cara merusak. Diduga pelaku adalah orang dekat korban. Arsep diduga dibunuh dengan cara diracun. Kaleng racun serangga ditemukan di sekitar jenazah Arsep.

Arsep sudah kehilangan kontak dengan keluarganya di Prabumulih sejak tiga hari yang lalu. Keluarga berusaha menghubungi ponsel Arsep tapi tak kunjung diangkat. Hingga akhirnya Jumat siang pihak keluarga mengutus seorang kemanakan Arsep melihat ke rumahnya.

Arsep bujangan dan hidup sendiri di rumah yang sejak dua tahun lalu ditempatinya. Sehari-hari ia meliput di desk kota, kantor Pemerintah Kota Palembang. Arsep dikenal luwes bergaul.

Status Facebook Wartawan Sebelum Dibunuh

News publik :
dok pribadi
Arsep Pajario.


"Ternyata kamu itu jahanam... Dasar tak tahu diri, sudah dibantu malah menikam pula....," begitu status terakhir yang ditulis Arsep Pajario dalam akun Facebook-nya, Selasa (14/9/2010) lalu.

Diberitakan sebelumnya, wartawan senior harian Sriwijaya Post itu ditemukan meninggal dunia di kamar rumahnya, Jalan S Parman, Kompleks Citra Dago Blok D9 Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (17/9/2010) pukul 14.00. Arsep diperkirakan sudah meninggal tiga hari.

Status yang ditulis Arsep itu terkesan umpatan kepada seseorang. Namun, sampai saat ini tak diketahui siapa orang yang dimaksudnya itu.

Sebelum menulis status itu, pada pukul 14.14 di hari yang sama Arsep juga menulis status yang hampir serupa, "Ternyata kamu jahat."

Informasi dari lapangan, Arsep diduga korban perampokan. Sejumlah barang berharganya seperti ponsel, uang dalam dompet, dan laptop raib. Hanya saja, pelaku masuk rumah tidak dengan cara merusak.

Diduga pelaku adalah orang dekat korban. Arsep diduga dibunuh dengan cara diracun. Arsep sudah kehilangan kontak dengan keluarganya di Prabumulih sejak tiga hari yang lalu.

Keluarga berusaha menghubungi ponsel Arsep, tetapi tak kunjung dijawab. Hingga akhirnya pada Jumat siang pihak keluarga mengutus seorang kemenakan Arsep melihat ke rumahnya.

Arsep bujangan dan hidup sendiri di rumah yang sejak dua tahun lalu ditempatinya. Sehari-hari ia meliput di desk kota, Kantor Pemerintah Kota Palembang. Arsep dikenal luwes bergaul.

Kepolisian belum memberikan pernyataan resmi soal peristiwa ini. Mayat Arsep saat ini pun masih diotopsi di RSMH Palembang.

Wartawan "Sripo" Diduga Dibunuh Kenalan

News publik :
Istimewa/Sripo
Almarhun Arseo Pajaria, wartawan Sripo


Wartawan Sriwijaya Post Arsep Pajario (40) ditemukan meninggal di kamar rumahnya, di Jalan S Suparman, Kompleks Citra Dago Blok D No 9 Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Sukarami, Palembang, Jumat (17/9/2010) sekitar pukul 14.00. Diduga dia dibunuh kenalannya, Rabu (15/9/2010) lalu.

Jenazah Arsep ditemukan pertama kali oleh keponakannya, Mahar Diko, SH, dengan posisi terlentang, mengenakan baju kaus putih bermotif, dan celana jins biru. Tubuhnya membengkak. Di dekatnya ada racun nyamuk semprot. Menurut dugaan awal bunuh diri, tetapi setelah diperiksa polisi, laptop, ponsel, dan dompetnya ikut raib. Pintu, jendela, dan atap tidak rusak, sedangkan kunci rumah raib.

Ada noda darah di bagian kepala mengalir ke lantai. Kuat diduga Arsep dibunuh. Petugas forensik menyebutkan, korban paling tidak meninggal tiga hari lalu (Rabu, 15/9/2010), tetapi masih menunggu hasil otopsi. Anehnya, pada Kamis (16/9/2010) siang kemarin melalui ponselnya masih membalas pesan singkat yang dikirimkan Nila, wartawan Antara di Palembang.

Nila menanyakan posisi Arsep, kemudian dibalas, "Saya mudik". Sebelumnya Saftarina mengontak ponsel itu tak dijawab. Arsep cuti kerja pada Rabu (8/9/2010) sebelum Lebaran untuk mudik ke dusunnya di Lubay, dan kembali ke Palembang, Senin (13/9/2010).

Keluarganya di dusun merasa curiga setelah tiga hari dihubungi dan tidak ada jawaban, keluarga berinisiatif untuk ke rumah korban siang tadi dan menemukan Arsep sudah berpulang.

Mahar mengatakan, sampai di rumah korban, kondisi rumah sepi dan terkunci. "Saya bertanya kepada tetangga sebelah rumah, tetapi tetangga tidak tahu pasti apakah Arsep ada di rumah," kata Mahar.

Setelah bertanya kepada beberapa tetangga dan jawaban yang didapat tetap sama, Mahar berinisiatif untuk mendobrak pintu belakang. Saat pintu belakang berhasil didobrak, tercium bau menyengat dari dalam rumah.

Mahar segera mencari sumbernya, ternyata dari kamar yang terkunci. Setelah didobrak, betapa terkejut dia menemukan korban yang telah meninggal.

Dia menghubungi sekretariat Sriwijaya Post dan mengabarkan kejadian tersebut. Kemudian, Redaktur Pelaksana Hj Weni L Ramdiastuti serta Redaktur Ray Happyeni dan Slamet datang menuju ke rumah korban. Jenazah Arsep dibawa ke RSMH untuk diotopsi.

Menurut Kapolsek Sukarami AKP Sugeng Haryadi, pihaknya melakukan olah TKP bekerja sama dengan tim olah TKP Polresta Palembang untuk mengetahui penyebab pasti tewasnya korban. "Kita belum tahu pasti penyebabnya, kita akan lakukan penyelidikan lebih lanjut," kata Sugeng.

Buntut Kritik SBY Dirut Telkom dan Telkomsel Kena Sanksi

News publik :
DHONI SETIAWAN
Menneg BUMN Mustafa Abubakar


Tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkritik Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan Dirut PT Telkomsel ternyata berbuntut panjang. Kedua Dirut ini akhirnya terkena teguran oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Kami sudah panggil kedua dirut ini, dan kami sudah berikan teguran tertulis," kata Mustafa Abubakar, Menteri BUMN. Menurut Mustafa, ia sudah menandatangani teguran tersebut pada Jumat (17/9/2010) malam. Rencananya, ia akan melaporkan teguran ini Senin pekan depan.

Mustafa meminta kepada kedua dirut ini agar terus mem-back up layanan telekomunikasi agar tidak mengganggu pantauan arus balik yang dilakukan oleh instansi seperti polisi. Tak hanya itu, Mustafa juga meminta agar tidak ada lagi kejadian serupa saat tugas negara sedang berlangsung.

Mustafa menegaskan bahwa surat teguran ini akan berdampak pada Key Performance Indicator (KPI). "Iya, ini mempengaruhi kinerja mereka," paparnya. Artinya, ini akan berdampak juga dengan rencana pergantian direksi TLKM yang akan dilangsungkan pemerintah.

Padahal, dalam rilis resmi yang disampaikan Telkomsel, GM Corporate Communications Ricardo Indra menyatakan, telekonferensi yang dilakukan oleh Presiden tersebut tidak menggunakan jaringan layanan 3G Telkomsel.

Asal tahu saja, Presiden SBY "menyemprot" kedua dirut tersebut saat melakukan telekonferensi untuk meninjau pelaksanaan pengamanan jalur mudik. Kritikan Presiden itu berawal dari laporan Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri bahwa terjadi gangguan teknis jaringan Telkomsel. "Seharusnya semua pos bisa real time karena jaringan Telkomsel agak terganggu," kata Kapolri.

Yang jelas, gangguan teknis itu menghambat rencana teleconference Presiden dengan petugas pos pengamanan jalur mudik di wilayah Jawa Tengah, termasuk dengan Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Edward Aritonang.

Inilah Alasan Barca Tendang Ibra

News publik :
AFP
Penyerang AC Milan Zlatan Ibrahimovic merayakan golnya ke gawang Auxerre pada fase grup Liga Champions, Rabu

Direktur Olahraga Barcelona, Andoni Zubizarreta, mengatakan, penyerang Zlatan Ibrahimovic adalah pemain egois. Menurutnya, itu tidak cocok dengan karakter Barcelona dan menjadi alasan klub mereka melepasnya ke AC Milan pada bursa transfer lalu.

"Bila Anda melihat sepak bola dari sisi individual atau aksi individual, Ibrahimovic masuk di dalamnya. Ia adalah pesepak bola luar biasa," ungkap Zubizarreta.

"Tetapi, ketika saya mengatakan bahwa kasus Ibra adalah soal sepak bola, itu karena di lapangan, Anda tak hanya bermain dengan bola, melainkan juga ketika tak menguasai bola."

"Anda harus memberi rekan Anda pilihan dan ada juga masalah besar dalam hal taktik yang harus dipenuhi dan Anda harus bisa melakukan dua hal dengan baik, yaitu permainan individu Anda dan peran Anda dalam tim," ulasnya.

Ibra dilepas ke Milan setelah berada di Camp Nou hanya selama musim, 2009-2010. Selama periode itu, Ibra tercatat mencetak 21 gol dan sembilan assist dari 42 penampilan di berbagai ajang yang diikuti Barcelona. (SCN)

Sosok Penyelamat Hutan di Lereng Wilis

NEWS PUBLIK:
K
Sutaji, penyelamat hutan di Lereng Wilis.


Penjarahan kayu tahun 1998 membuahkan puluhan hektar lahan kritis di kawasan hutan lereng Gunung Wilis, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Ini menjadi sumber bencana banjir dan longsor serta matinya sumber air dan sumber ekonomi masyarakat. Namun, berkat kerja keras Sutaji, bencana berhasil dihalau dan hutan pun kembali menghijau.

Dalam kurun waktu sekitar 10 tahun, sedikitnya 61 hektar kawasan hutan yang gundul akibat euforia kebablasan para penebang pohon di kawasan hutan lindung ataupun hutan produktif telah menjadi rimbun kembali. Bahkan, puluhan hektar tanah tegalan dan pekarangan disulap menjadi lahan produktif konservasi yang berfungsi sebagai penyangga keberadaan hutan.

Kemakmuran pun terlimpah tidak saja bagi masyarakat di sekitar hutan, tetapi mengalir jauh hingga radius ratusan kilometer menyusur aliran Sungai Widas dan bermuara pada Sungai Brantas. Ini melintasi separuh wilayah Provinsi Jawa Timur.

Lebih dari 40 sumber mata air dihasilkan dari kegiatan penyelamatan hutan itu. Air dari mata air tersebut bisa mengairi ribuan hektar sawah di sekitarnya. Sumber mata air itu juga menghasilkan pesona wisata air merambat Roro Kuning yang keindahannya memikat wisatawan.

Upaya penyelamatan lingkungan itu dimulai oleh petani dari Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, yang hanya mengenyam bangku sekolah dasar itu. Tanpa bantuan dan hanya berbekal sedikit ilmu pengetahuan, ia berupaya menghentikan kegiatan perambahan hutan.

Sutaji harus berhadapan langsung dengan perambah hutan yang tak lain tetangga dan saudaranya sendiri. Di mata Sutaji, warga hanya korban dari iming-iming uang dan pekerjaan yang dijanjikan oleh bos kayu dari luar kota.

Memberi contoh

Sutaji sedih ketika membayangkan bagaimana warga desa jika kawasan hutan telah habis dibabat? Tak hanya pekerjaan yang hilang, lingkungan tempat tinggal mereka yang berbatasan langsung dengan hutan pasti juga hancur akibat banjir atau tebing yang longsor.

Karena keprihatinan itulah, anak petani desa ini bergerilya dari satu orang ke orang lain, dari satu rumah ke rumah lain untuk mengampanyekan penghentian penebangan hutan dan mengoordinasi warga mengusir bos kayu yang hanya memanfaatkan tenaga dan kebodohan masyarakat untuk kepentingan sendiri.

Awalnya Sutaji mendapat penolakan keras. Ia dicemooh. ”Apa anakmu bisa dikasih makan kayu?” kata Sutaji menirukan ucapan pamannya sendiri.

Namun, dia tak menyerah. Ia justru tercambuk untuk berbicara pada setiap kesempatan, dari acara kumpul petani di sawah sampai pada pertemuan perangkat desa.

Hasilnya tidaklah mengecewakan. Lambat laun kesadaran warga mulai terbangun. Tanpa mau kehilangan momentum yang luar biasa mengharukan itu, Sutaji langsung memberikan contoh dengan menanami kembali kawasan hutan yang gundul.

Petani yang kehidupannya sendiri kala itu masih susah, rela menyisihkan waktu, tenaga, dan biaya dengan menyediakan ribuan bibit tanaman untuk ditanam di hutan. Ada pohon jati, sengon, mindi, cengkeh, trembesi, mangga, rambutan, dan avokad.

Pada 2000, Sutaji sempat meminta bantuan bibit kepada Perum Perhutani sebagai pengelola kawasan hutan. Namun, permintaannya ditolak.

Di tengah perjalanan menghijaukan kembali kawasan hutan, tidak semua tanaman yang ditanam Sutaji tumbuh maksimal. Beberapa di antaranya bahkan mati. Ia pun kemudian menyadari bahwa butuh pengetahuan tentang tanaman yang cocok untuk kawasan hutan yang masuk wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Kediri itu.

Tingkatkan kesejahteraan

Ketua Kelompok Tani Sidodadi, Desa Bajulan, ini lantas melobi sejumlah instansi pemerintah agar diikutkan pelatihan mengenai tanaman. Dari pelatihan itulah, Sutaji mendapatkan pengetahuan tentang jenis tanaman dan cara bercocok tanam di kawasan hutan.

Sutaji lalu mengajak petani membuat sistem persawahan terasering di lereng-lereng pegunungan yang curam untuk menahan aliran air yang sangat deras pada musim hujan.

Setelah menyelamatkan hutan, ayah dari dua anak ini kemudian berpikir bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan yang tidak memiliki lahan pertanian produktif. Caranya, antara lain, dengan memanfaatkan hutan untuk pertanian, tanpa mengubah, apalagi merusak, fungsi hutan itu sendiri.

Misalnya, menanam tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis di bawah tegakan tanaman inti. Mereka harus cermat memilih jenis tanaman karena tidak semuanya bisa berkembang di bawah paparan sinar matahari yang kurang dari 100 persen.

Sejauh ini yang sudah menghasilkan adalah tanaman kopi, kakao, umbi porang, dan pohon atsiri. Hasil tanaman perkebunan itulah yang diambil masyarakat untuk menghidupi keluarga mereka. Sedangkan hasil tanaman hutan menjadi milik Perum Perhutani.

Selain bertani, sebagian masyarakat juga mendapatkan nilai tambah keekonomian dari kawasan wisata Roro Kuning yang mengandalkan pesona hutan dan air terjunnya. Ada yang menjadi penjaga loket, pedagang kaki lima, dan petugas pengelola lainnya.

Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat telah mencegah eksodus generasi muda mencari pekerjaan ke kota besar, bahkan ke luar negeri. Kesejahteraan masyarakat pun meningkat, di mana salah satu indikatornya dilihat dari kondisi rumah dan taraf pendidikan anak-anak.

Seperti halnya kelestarian hutan yang perlu dijaga, semangat untuk melestarikan hutan juga perlu dipupuk dan diwariskan kepada generasi muda. Untuk masalah yang satu ini, Sutaji merintisnya melalui kegiatan penyuluhan di sekolah-sekolah

Wow, Bintang Baru Dikelilingi 7 Planet

News publik :
ESO
Ilustrasi bintang HD 10180 yang dikelilingi setidaknya 7 buah planet.


Para astronom Eropa menemukan sebuah bintang yang dikelilingi tujuh planet. Ini merupakan penemuan eksoplanet terbesar sejak 15 tahun lalu. Bintang ini mirip dengan sistem tata surya. Meski begitu, belum ditemukan bukti bahwa tata surya itu layak menjadi tempat tinggal manusia kelak.

Bintang itu adalah HD 10180, berada pada jarak 127 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi bintang selatan Hydrus, ular air jantan, demikian laporan European Southern Observatory (ESO) dalam siaran pers Selasa (24/8/2010). Mereka mendeteksi lima planet besar, seukuran Neptunus, tetapi mengorbit dalam setahun antara enam hari dan 600 hari. Dua planet lain, yang satu seukuran Saturnus, mengorbit selama 2.200 hari. Sedangkan planet lainnya, 1,4 kali massa Bumi, mengorbit bintang HD 10180 hanya dalam waktu 1,18 hari Bumi mengitari Matahari.

Jadi, ini merupakan sistem bintang dengan tujuh planet. Sedangkan sistem Matahari memiliki delapan planet. Astronom ESO, Christophe Lovis, mengatakan, ”Kita tengah memasuki era baru penelitian eksoplanet, studi tentang sistem planet yang kompleks dan bukan planet satu per satu.” Menurut NASA, sejak 1995, terdeteksi 402 bintang dengan planet-planetnya. Sejauh ini tidak ada di antara planet-planet itu, meski mirip dengan Bumi, memiliki suhu yang memungkinkan adanya air dan kehidupan.

KEKAYAAN ALAM KETIKA Hutan Tak Lagi Rimbun

News publik :
Suara gemericik air semakin jelas. Suara air beradu kincir kayu. Herman (33) berhenti sejenak. Sementara, di sisi kanan tempat Herman berdiri, air terjun setinggi kurang dari 20 meter terlihat menjulang ke langit.

Bangunan kincir air dilengkapi dengan dinamo alias Listrik Mikro Hidro (PLMH) ini menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan masyarakat Dusun Belo, Kampung Maha, Sultan Daulat, Kota Subulussalam. Bertahun- tahun puluhan keluarga yang tinggal di kawasan perkebunan kelapa sawit ini merindukan adanya listrik. Bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan senilai Rp 21,350 juta dan dana patungan warga sebanyak Rp 3 juta membuat keinginan itu terwujud. ”Sekarang warga sudah bisa punya televisi dan kulkas di rumah,” ujarnya.

M Rusli, salah satu warga Subulussalam, mengatakan, hal terpenting saat ini adalah mengupayakan agar debit air yang mengalir cukup untuk menggerakkan kincir dan mengaktifkan dinamo. Masalahnya, kata Rusli, hutan di sekeliling kampung sudah berubah menjadi kebun kelapa sawit.

”Sebagian kawasan ekosistem Leuser berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Kalau ini terjadi terus, pembangkit listrik itu bisa dipastikan tidak akan bertahan lama,” terang Rusli.

Pemerintahan Irwandi Yusuf, sejak menjabat pada 2007, gencar mengampanyekan pembangunan berdasarkan lingkungan. Aceh Green Vision menjadi konsep dasar pembangunan keberlanjutan. Kala itu, kebijakan moratorium logging atau penghentian penebangan legal menjadi kebijakan utama. Sementara, pembalakan liar, seperti diakui Irwandi, masih berlangsung. Meski ada penangkapan, tidak ada satu pun pelaku atau cukong pembalakan liar berhadapan di pengadilan.

Penataan

Penataan kembali hutan Aceh menjadi tema utama kebijakan. Restrukturisasi hutan Aceh ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kerentanan kondisi lahan, pencatatan kembali hak guna usaha, baik dalam bidang kehutanan, perkebunan, maupun tambang, sedang diupayakan. Sejalan dengan upaya itu, konflik satwa liar dengan manusia serta konflik pemilik tambang dengan masyarakat semakin meningkat. Pemerintah juga tidak berniat menghentikan pembangunan Jalan Ladiagalaska yang tetap dikerjakan karena membantu membuka keterisoliran daerah.

Bersamaan, para gubernur dari beberapa negara dunia, Acre, Amapa, Amazonas, Mato Groso, Para (Brasil); California, Wisconsin, Illinois (Amerika Serikat); dan Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Timur dan Papua (Indonesia), menyatakan, mereka berupaya mengaplikasikan aturan REDD. Dalam suratnya kepada kepala negara masing-masing, Oktober 2009, mereka menyatakan, lebih dari 50 persen hutan tropis dunia berada dalam wilayah negara bagian atau provinsi mereka. Kawasan hutan ini menghidupi jutaan keluarga dan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar hutan. Kawasan ini mewakili 2,6 triliun dollar AS perekonomian dunia.

Dua kawasan diajukan sebagai percontohan proyek REDD, yaitu Kawasan Strategis Ulu Masen dan Kawasan Ekosistem Leuser.

Staf Bidang Konservasi Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BP KEL) Rudi H Putra mengatakan, proses menuju ke sana sedang diupayakan. Salah satu upaya yang gencar dilakukan BP KEL adalah mengonversi kembali hutan sawit ilegal dan masuk dalam wilayah KEL. Berdasarkan catatan BP KEL, puluhan ribu ha kawasan ini sudah beralih fungsi, baik perkebunan kelapa sawit maupun pemukiman dari total sekitar 2 juta hektar luas kawasan, termasuk kampung Herman.

Mendesak, Pelestarian Hutan Mangrove

News publik :

Vegetasi kawasan hutan lindung mangrove Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (10/8/2010), semakin berkurang karena okupasi masyarakat yang didukung pengusaha Jakarta. Pemerintah akan mengembalikan fungsi kawasan hutan lindung mangrove tersebut seperti sediakala untuk mencegah abrasi daratan pantai utara dan intrusi air laut ke dataran yang lebih tinggi.

Hasil pemantauan udara Menteri Kehutanan di atas kawasan hutan lindung Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (10/8/2010) pagi, menunjukkan vegetasi mangrove yang tersisa di pantai. Okupasi masyarakat dan pengusaha membuat hutan lindung seluas 5.311,1 hektar terus terdegradasi.
Kondisi parah sekali. Sudah banyak yang berubah menjadi areal tambak yang taukenya orang Jakarta juga.
-- Zulkifli Hasan

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan meminta Direktur Utama Perum Perhutani, Upik Rosalina bekerja sama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan setempat untuk mengembalikan fungsi hutan lindung pesisir tersebut. Pelestarian hutan mangrove semakin mendesak untuk melindungi kawasan darat dari abrasi pantai dan intrusi air laut.

"Kondisi (hutan lindung Muaragembong) parah sekali. Sudah banyak yang berubah menjadi areal tambak yang taukenya orang Jakarta juga. Kawasan lindung tersebut harus dipertahankan," ujar Menhut.

Hutan lindung Muaragembong berawal dari tanah partikelir yang kemudian berubah status menjadi tanah negara bebas pada tahun 1949. Bupati Bekasi kemudian menyerahkan tanah seluas 9.311 hektar tersebut kepada Kepala Dinas Kehutanan Jakarta Raya.

Menteri Pertanian kemudian menetapkan lahan eks partikelir Cabangbungib, Pondok Tengah, Babadan, Pangkalan, dan Terusan sebagai hutan tetap seluas 9.311 hektar. Berita Acara Tata Batas (BATB) kelompok hutan Ujung Karawang KPH Bogor dibuat tanggal 2 Februari 1957 dan disahkan 31 Mei 1957 seluas 10.481,1 hektar.

Pemerintah kemudian menambah kawasan hutan tersebut seluas 1.123 hektar karena ada tanah timbul. Kawasan ini merupakan muara Sungai Citarum yang memiliki hulu di kawasan bendungan Jatiluhur.

Perkembangan masyarakat yang semakin padat di kawasan tersebut membuat Menteri Kehutanan atas usulan Bupati Bekasi menerbitkan surat keputusan Menhut Nomor SK.475/Menhut-II/2005 pada 16 Desember 2005 untuk mengubah fungsi kawasan dari hutan lindung menjadi hutan produksi tetap seluas 5.170 hektar. Masyarakat kemudian mendiami delapan desa dan tiga kecamatan yang berada di dalam kawasan tersebut.

Menurut Upik, Perhutani telah berkali-kali menanami mangrove di kawasan tersebut. Namun, masyarakat yang masih berada di dalam kawasan juga terus menebangi mangrove untuk membuat tambak.

"Harus didesain agar ada zona pemanfaatan untuk pelabuhan masyarakat yang tinggal di hutan lindung karena mereka adalah nelayan. Selanjutnya, kami secara bertahap akan menanami mangrove dengan pola empang parit sehingga mereka masih bisa berbudidaya bandeng dan kepiting sebagai sumber penghasilan," ujar Upik.

Kehutanan Perusak Hutan Harus Ditindak

News publik :


ilustrasi perusakan hutan

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menilai perambahan kawasan hutan oleh penambangan liar dan perkebunan telah begitu masif. Upaya penertiban secara persuasif sulit dilakukan sehingga Kementerian Kehutanan meminta penegakan hukum yang lebih tegas.

Hal ini disampaikan seusai memimpin rapat pimpinan jajaran Eselon I Kementerian Kehutanan di Jakarta, Senin (16/8/2010). Sampai saat ini baru 10 gubernur merespons surat Menteri Kehutanan Nomor S.95/Menhut-IV/2010 tanggal 22 Februari yang meminta laporan soal perambahan kawasan hutan di wilayah masing-masing.

"Ilegal mining dan perambahan oleh perkebunan yang begitu masif tidak mudah pembahasannya. Tidak ada pilihan dan menurut undang-undang harus ditegakkan hukum, ini yang lagi diproses dan diatur langkah-langkah berikutnya," kata Zulkifli Hasan.

Saat ini ada 20 juta hektar kawasan hutan eks-hak pengusahaan hutan (HPH) yang tidak dibebani izin dan diserahkan pengawasannya kepada pemerintah daerah. Namun, pengawasan yang lemah turut memicu sebagian ka wasan hutan telah beralih fungsi, termasuk 3 juta hektar hutan yang telah menjadi perkebunan tanpa izin.

Sepuluh gubernur yang telah melaporkan perambahan hutan adalah Sumatera Utara (23 kasus perkebunan tanpa izin), Kalimantan Timur (42 kasus perkebunan dan 181 kasus pertambangan), Sulawesi Tenggara (6 kasus perkebunan dan tambang tanpa izin), Lampung ( 5 kasus tambang ilegal), Kalimantan Tengah (456 kasus tambang tanpa izin dan 964.000 hektar kebun tanpa izin), Bangka Belitung (87 tambang dan kebun tanpa izin), Nanggroe Aceh Darussalam (49 kasus tambang tanpa izin), Papua Barat (13 kasus tambang tanpa izin), Papua (7 kasus tambang tanpa izin), dan Bali (58 sertifikat terbit di kawasan hutan).

Menurut Menhut, perkembangan laporan tersebut akan terus dievaluasi dan dipantau realisasi di lapangan. Kementerian Kehutanan mendesak agar langkah penegakan hukum berjalan simultan agar upaya penurunan penggundulan hutan dan degradasi lahan bisa berhasil.

"Kami akan koordinasikan dengan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum dan tim gabungan penegakan hukum kehutanan agar (laporan yang masuk) terus ditindaklanjuti. Saya tidak ingin ditangani tetapi tidak ada langkah yang pasti atau tidak ada hasil," ujar Zulkifli.

Penegakan hukum kehutanan kini menjadi tuntutan utama. Pengawasan yang lemah dan pemekaran wilayah yang kurang menghitung daya dukung kawasan membuat tekanan terhadap hutan semakin berat.

Hal ini juga terjadi di Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Sedikitnya 15.000 hektar hutan produksi di kawasan penyangga TNGL sudah dirambah pengusaha perkebunan kelapa sawit dan b aru 7.000 hektar yang telah dikembalikan ke pemerintah melalui Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL).

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Darori menambahkan, tim penegakan hukum akan segera turun ke lapangan. Darori telah menyurati para bupati yang tak kunjung melaporkan perambahan hutan di wilayahnya melalui gubernur untuk mempersiapkan data untuk memaparkan di hadapan tim penegak hukum pusat.

"Mereka nanti wajib mengekspos pelanggaran kawasan hutan di kantor Polda. Kami akan mulai dari Kalimantan. Memang tidak mudah penegakan hukum kehutanan ini," ujar Darori.

ALIH FUNGSI Hutan Menjadi Lahan Sawit Masih Terjadi

News publik :
Pekanbaru, Kompas - Meski pemerintah telah mencanangkan moratorium konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit, alih fungsi hutan masih terus berlangsung di Riau. Di Kabupaten Bengkalis, Riau, pada tahun 2010, misalnya, akan dan telah terjadi alih fungsi kawasan hutan seluas 9.000 hektar untuk dua perusahaan kelapa sawit.

Demikian Azmi R Fatwa, Sekretaris Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPRD Bengkalis yang dihubungi pada Minggu (22/8). ”Tidak jelas langkah-langkah pemerintah mewujudkan rencana moratorium alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Katanya mau moratorium, tetapi mengapa alih fungsi semakin gencar,” ujar Azmi.

Menurut Azmi, pertengahan tahun 2010, pemerintah, dalam hal ini Menteri Kehutanan, telah memberikan izin konversi hutan gambut kepada PT Riau Makmur Sentosa seluas 6.000 hektar. Perusahaan itu bahkan sudah melakukan pengerukan kanal-kanal di sepanjang lahan gambut sebagai media transportasi.

Sekarang ini ini, tutur Azmi, di Kecamatan Siak Kecil, Bengkalis, akan dialihfungsikan lagi kawasan hutan seluas 3.000 hektar untuk PT Sinar Sawit Sejahtera (SSS). Padahal, lahan yang akan dikonversi itu sekitar 400 hektar sudah digarap oleh masyarakat setempat. Uniknya, belum lagi PT SSS mengantongi izin konversi dari Menteri Kehutanan, perusahaan itu sudah melakukan penebangan kayu di lokasi.

”Ratusan masyarakat petani yang tergabung dalam empat kelompok tani di sana mengadu kepada saya tentang persoalan ini. Semestinya pemerintah dapat mengakomodasi kepentingan petani, bukan hanya pengusaha,” kata Azmi.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Bengkalis Ismail membenarkan adanya alih fungsi kawasan hutan lahan di daerahnya. Dia mengakui, izin konversi terhadap PT SSS belum ada, tetapi masih dalam taraf pengajuan izin kepada Menteri Kehutanan.

Lingkungan Lahan dan Hutan Kritis, Air Krisis

News publik :


Ancaman global sudah di depan mata. Indonesia salah satu negara yang sangat rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Perubahan iklim telah mengubah pola presipitasi (hujan) dan evaporasi (penguapan), sehingga berpotensi menimbulkan banjir di beberapa lokasi dan kekeringan di lokasi yang lain. Kenyataan ini sangat mengancam berbagai bidang mata pencaharian masyarakat di Tanah Air, terutama pertanian dan perikanan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami peningkatan intensitas dan frekuensi perubahan cuaca yang mengkhawatirkan. “Kita berulang menghadapi banjir, kekeringan, dan kejadian-kejadian yang berawal dari penggundulan dan kerusakan hutan,” kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar.

Persoalan pemanasan global dan perubahan iklim yang mengejala itu memperlihatkan bahwa berbagai aktivitas pembangunan yang dilakukan tidak atau kurang memperhatikan keberlanjutan ekologis, yang merupakan faktor mendasar bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Sejalan dengan gejala perubahan iklim, kelangkaan air (kekeringan) pada musim kemarau menjadi salah satu isu yang paling menonjol dalam sumber daya air. Demikian pula dengan persoalan kelangkaan dan kesulitan air yang layak pakai (air bersih). Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2007 melaporkan, penurunan kualitas air disebabkan oleh rusaknya daerah tangkapan air yang cenderung diperparah oleh gejala perubahan iklim.

Berdasarkan perhitungan kebutuhan air yang dilakukan Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, Pulau Jawa (yang memiliki populasi dan industri tinggi), Bali, dan Nusa Tenggara Timur telah mengalami defisit air sejak beberapa tahun terakhir, terutama pada musim kemarau. Defisit air ini akan bertambah parah pada tahun-tahun mendatang akibat pertambahan penduduk dan meningkatnya kegiatan ekonomi.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, kondisi mata air di Jawa Timur sudah cukup kritis, sehingga diperlukan upaya penyelamatan terhadap yang masih tersisa. “Dari laporan yang saya dapat, dari 117 mata air yang ada, kini tersisa 53 sumber. Bahkan, ketika musim kemarau datang, sumber air hanya tersisa tiga. Kita perlu menyelamatkan sumber mata air dari kerusakan dengan melakukan konservasi melalui penanaman pohon di daerah sumber mata air, serta di sekitar daerah aliran sungai,” katanya.

Tak hanya di Jawa Timur, krisis air bersih terjadi di banyak kota di Indonesia, termasuk di ibukota RI, DKI Jakarta. Dari data penelitian Walhi, 125 juta (65 persen) penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang kapasitas kandungan airnya hanya 4,5 persen saja.

Air merupakan isu penting yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini, karena air sangat penting bagi kehidupan. Adalah kenyataan, sekitar 85 persen masyarakat Indonesia masih mengonsumsi air yang kemungkinan besar terkontaminasi, karena lokasinya tidak memperhitungkan jarak dari tempat pembuangan tinja.

United States Agency for International Development (USAID) dalam laporannya (2007), menyebutkan, penelitian di berbagai kota di Indonesia menunjukkan hampir 100 persen sumber air minum kita tercemar oleh bakteri E Coli dan Coliform. Kualitas air dari segi bakteriologis untuk air minum sangatlah penting karena dapat menimbulkan penyakit dan kematian dalam waktu singkat.

Data dari Kementerian Kesehatan dan Bappenas tahun 2006, 19 persen kematian anak di bawah tiga tahun disebabkan oleh diare atau setara dengan 100.000 anak meninggal setiap tahun. Diare adalah pembunuh kedua terbesar balita Indonesia setiap tahunnya.

Kerusahan lahan dan hutan

Kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab besarnya erosi dalam sebuah ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga dapat mengganggu pasokan/ketersediaan air untuk air baku air minum dan air untuk mendukung kegiatan-kegiatan domestik, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), pertanian, industri, dan sebagainya.

Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2007 melaporkan, dari 23 DAS yang ada, sebagian besar (82,6 persen) memiliki luas kawasan lindung kurang dari 30 persen. Walhi melaporkan, 60 dari 470 DAS yang ada di Indonesia dalam kondisi krisis. Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1991 terdapat ketentuan yang menyaratkan luas hutan minimal 30 persen di setiap ekosistem DAS.

Kerusakan sumber daya lahan dan hutan sudah sejak lama terjadi, karena negara hanya memikirkan keuntungan ekonomis semata, menjadikannya sumber devisa negara. Lebih-lebih ketika pengelolaan lingkungan hidup dilimpahkan ke pemerintah provinsi/kabupaten/kota, sejak tahun 2007 lalu. Kabupaten/kota defenitif baru hasil pemekaran, menjadikan sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD), sehingga hutan beralih fungsi.

Namun, keuntungan tersebut harus ditebus mahal, dengan terjadinya kerusakan sumber daya lahan dan hutan. Jutaan hektar lahan kritis terbentuk karena pemanfaatan sumber daya yang kurang memperhatikan keberlanjutannya.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Umar Anggara Jenie mengungkapkan, kondisi hutan di Indonesia sudah mengkhawatirkan karena 1,8 juta hektar hutan hancur per tahun. “Data tersebut berdasarkan pengamatan dari tahun 2002 hingga 2005. Artinya tingkat kehancuran hutan mencapai dua persen setiap tahun atau setara dengan 51 kilometer persegi per hari,” tandasnya.

Dengan tingkat kerusakan yang 1,8 persen itu, Guinness Books of Record edisi 2008 mencatat Indonesia sebagai negara yang hutannya mengalami kerusakan paling cepat di antara 44 negara yang masih memiliki hutan.

Laju deforestasi yang tinggi di Indonesia telah menyebabkan timbulnya jutaan hektar lahan kritis, diperkirakan mencapai 77 juta hektar, yang berada di dalam kawasan hutan dan luar kawasan hutan. Lahan dan hutan kritis yang mengalami kerusakan sangat parah dan terluas berada di di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Provinsi Riau.

Kerusakan lahan dan hutan terjadi di mana-mana, dari Aceh hingga Papua. Di Papua, misalnya, luas kawasan hutan mengalami pengurangan sekitar 3,5 juta hektar dari sekitar 31,56 juta hektar pada dekade 1960-an hingga menjadi 28 juta hektar saat ini. “Pengurangan luas kawasan hutan Papua itu sebagai dampak dari meningkatnya aktivitas pembangunan serta pengelolaan hutan, akibat pemekaran wilayah kabupaten/kota,” kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Marten Kayoi.

Sekitar tujuh kabupaten yang baru terbentuk di provinsi Papua yang berada di pegunungan tengah, wilayah administratifnya seluruhnya berada di dalam kawasan hutan lindung Taman Nasional Lorentz dan Taman Nasional Memberamo.

Bahkan di Jawa dan Bali, lebih kurang 91 persen dari hutan alam yang pernah ada kini telah berubah musnah dan beralih fungsi untuk tujuan pertanian, transportasi, perkebunan, pemukiman dan sebagainya.

Mencermati kenyataan tersebut, penyelamatan tumbuhan asli Indonesia menjadi suatu keniscayaan dan harus memacu kita untuk mencegah punahnya tumbuhan sebagai aset yang tidak ternilai harganya untuk modal pembangunan dan masa depan bangsa. Soalnya, keanekaragaman hayati merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan nasional dan modal strategis dalam meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa.

Ilmuwan Indonesia berkelas dunia, Guru Besar Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang, Dayar Arbain, mengatakan, penelitian keanekaragaman hayati di hutan Sumatera ditemukan sejumlah senyawa untuk bahan baku obat dan sudah dipatenkan. Temuan senyawa itu menjadi incaran negara-negara industri farmasi di dunia.

“Demi untuk kesejahteraan Indonesia, senyawa-senyawa kimia aktif biologis khusus untuk obat itu, tidak akan saya jual. Sebab, negara yang membeli bisa meraih keuntungan sedikitnya 200 juta dollar AS per tahun. Kalau itu saya lakukan, sama saja saya menjual Indonesia,” tandasnya. Ekstrak senyawa temuan Dayar pernah ditawari negara Jepang, Jerman, dan Belanda, dengan harga miliaran rupiah.

Yang mencemaskan Dayar Arbain sekarang, temuannya belum dikembangkan sementara kondisi hutan sudah rusak parah. Bukan tidak mungkin, keanekaragaman hayati yang menjadi bahan baku obat itu punah. Padahal nilai kayu, tidak seberapa dibanding nilai tanaman obat itu kalau diindonesia dibangun industri obat-obatan, yang bisa menguntungkan sedikitnya 200 juta dollar AS per tahun.

Adalah kenyataan, Indonesia dijuluki sebagai Megadiversity Country, karena memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, peringkat lima besar di dunia. Tercatat lebih dari 38.000 jenis tumbuhan, di mana 55 persen di antaranya merupakan jenis endemik.

Untuk pulau Jawa saja, ungkap Ketua LIPI Umar Anggara Jenie, setiap 10.000 kilometer persegi terdapat 2.000 sampai 3.000 jenis tanaman endemik. Sedangkan di Kalimantan dan Papua mencapai lebih dari 5.000 jenis. Dan masih banyak keanekaragaman hayati lainnya yang berpotensi dan memiliki prospek secara ekonomis maupun keilmuan.

Sekretaris Utama LIPI Rochadi Abdul Hadi menggarisbawahi, fakta di lapangan menunjukkan degradasi habitat yang berimplikasi pada penurunan keanekaragaman ekosistem, jenis, dan genetik memperlihatkan tren yang semakin mengkhawatirkan.
Kegiatan-kegiatan merusak lahan dan hutan (gambut) di berbagai daerah di Indonesia tidak hanya sebatas menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan sumber daya alam di sekitarnya, tetapi juga menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai penyimpan dan penyerap karbon, sebagai daerah resapan air yang mampu mencegah banjir pada wilayah sekitarnya pada musim hujan dan mencegah instrusi air asin pada musim kemarau.

Kerusakan hutan juga berdampak terhadap kesehatan. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam buku Rencana Aksi Nasinal dalam Menghadapi Perubahan Iklim (2007) mengatakan, kekurangan akses terhadap air minum dan sanitasi, serta buruk dan rusaknya lingkungan akan membawa dampak yang membahayakan kesehatan.
Tentang dampak yang membahayakan kesehatan itu, peneliti Sarah Olson dari Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, dalam laporan penelitiannya di jurnal Emerging Infectious Diseases (2010) mengatakan, pengundulan hutan di Amazon membantu nyamuk berkembang dan menyebabkan angka malaria melonjak. “Ditemukan 48 persen peningkatan dalam kasus malaria di satu wilayah di Brazil setelah 4,2 persen pohon lindung ditebang,” katanya.

Malaria disebabkan oleh parasit yang menularkan nyamuk, membunuh sekitar 860 ribu orang per tahun secara global, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Brazil memiliki sekitar 500 ribu kasus malaria per tahun, sebagian besar disebarkan oleh nyamuk Anopheles.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Perusakan hutan juga membuat kasus malaria meningkat. Data Kementerian Kesehatan, penyakit malaria masih merupakan penyakit menular dengan prevalensi terbesar, yakni 2,85.

Solusi: Pelestarian Hutan

Karena kerusakan lahan dan hutan berdampak terhadap krisis air, maka mendesak kiranya dilakukan berbagai upaya pengelolaan sumber daya lahan dan hutan. Lahan dan hutan yang kritis dan gundul, harus dihijaukan kembali. Mungkin berbagai program sudah, sedang, dan akan dilaksanakan. Sejak tahun 2005 lalu, misalnya, ada program pengembangan Lahan Pertanian Abadi (Lestari) 2025, yang ditetapkan oleh Presiden dengan luas yang ditargetkan 15 juta hektar.

Sekarang dengan isu pemanasan global, ajakan penanaman pohon bergema ke mana-mana. Menanam pohon adalah upaya awal mengurangi pemanasan global. Perusahaan-perusahaan dalam program corporate social responsibility (CSR), kini menggalakkan penanaman pohon. Danone Aqua, misalnya, hingga 2010 ini sudah ada 300.000 pohon yang ditanam.

“Target hingga 2011 nanti bisa ada 700.000 pohon yang akan ditatam. Kami tidak mementingkan jumlah pohon yang ditatam, tapi bagaimana kesinambungan penanaman pohon ini terus berlangsung. Sebab, pelestarian lingkungan demi melindungi pemenuhan kebutuhan sumber daya alam bagi manusia sungguh merupakan suatu yang tak bisa ditawar-tawar,” kata Pimpinan Danone Aqua, Parmaningsih Hadinegoro, yang 5 Agustus lalu mewakili Aqua menerima penghargaan dalam Indonesia Green Awards 2010. Dalam penghargaan tersebut, Agua mendapat Gold Award pada kategori Green CSR dan Green Manufacture.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan hingga 2013 program penanaman satu miliar pohon. “Sampai saat ini sudah terlaksana sebanyak 30 juta-an pohon. Kita berkeyakinan target penanaman pohon tersebut bisa tercapai bila seluruh pemangku kebijakan, swasta, BUMN, dan masyarakat sama-sama menanam pohon di lingkungan masing-masing,” kata Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan RI, Indri Astuti.

Pohon-pohon yang ditanam, lanjut Indri Astuti, sebaiknya juga dipelihara sampai pohon itu jadi dan bermanfaat bagi semua. Kegiatan penanaman satu miliar pohon ini akan membantu Indonesia dalam mengurangi emisi karbon hingga 26 persen pada 2020 dan bila program itu dibantu asing, maka emisi karbon yang dikurangi bisa mencapai 40 persen.

Jika pohon yang ditanam jenis Trembesi, maka dapat menurunkan konsentrasi gas karbon dioksida secara efektif dalam waktu yang lebih singkat. Sebab, dari hasil penelitian pakar dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Endes N Dahlan, satu batang pohon Trembesi (diameter tajun 15 meter) mampu menyerap 28,5 ton gas karbon dioksida setiap tahun.

Penasehat khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim, George Soros, ketika bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 10 Mei 2010 lalu, mengatakan, peran Indonesia untuk mendorong mengatasi pemanasan global sangat besar.

“Saya ditugaskan oleh Sekretaris Jenderal PBB untuk memantau langkah pencegahan global warming. Indonesia salah satu yang memimpin dan Presiden pegang peranan penting dengan menawarkan 26 persen kurangi emisi dan lebih dari itu bila ada asistensi,” katanya.

Peran Indonesia dalam mencegah dan atau mengendalikan gejala perubahan iklim ini akan sangat berarti. Kawasan hutan yang luas sangat potensial sebagai tempat menyerap karbon demikian pula dengan lautan, yang luasnya dua per tiga dari luas wilayah Indonesia, yang dianggap memiliki potensi yang sangat besar dalam mencegah terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim karena kemampuan menyerap karbon dioksida.

Konservasi Sumber Daya Air

Penanaman pohon dalam program satu miliar pohon, tentu tak sebatas bagaimana karbon dioksida bisa terserap banyak. Melainkan juga untuk menghasilkan sumber daya air. Kepala Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sumarto, yang dihubungi Senin (23/8) mengatakan, setiap satu pohon yang ditanam, selama daur hidupnya akan menghasilkan 250 galon air.

“Setiap pohon yang ditanam dalam ekosistem hutan tropis pegunungan, selama daur hidupnya akan menghasilkan air 250 galon air. Saat ini, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang luasnya 22.851 hektar, menghasilkan 231 miliar liter air per tahun,” paparnya. “Saat ini ada 20 perusahaan air dalam kemasan yang berada di hilir TN Gunung Gere Pangrango,” tambahnya.

Kebanyakan kita kurang menyadari bahwa, walau Indonesia memiliki sungai, danau, waduk, dan rawa yang relatif banyak sebagai potensi sumber daya air selain air tanah, namun tidak semuanya bisa digunakan untuk kepentingan air bersih. Apalagi kalau lahan dan hutan mengalami rusak parah, yang jumlahnya mencapai 77 juta hektar, tentu potensi sumber daya air menjadi berkurang.

Menurut Maude Barlow dan Tony Clarke (Blue Gold, 2005), jumlah air di planet Bumi kira-kira 1,4 miliar kilometer kubik. Dari jumlah itu, air tawar yang tersedia hanya 2,6 persennya atau 36 juta kilometer kubik. Tak banyak volume air tawar yang dapat dinikmati manusia dari siklus air yang berlangsung cepat, yaitu hanya sekitar 0,77 persen dari total air tawar yang ada di alam, atau hanya 11 juta kilometer kubik.

Makanya jangan heran krisis air terjadi di mana-mana. Tak hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain.

Upaya penyelamatan lingkungan, termasuk di antaranya penyelamatan sumber-sumber air, harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Hal ini tak bisa ditawar-tawar. Apalagi Indonesia dalam visi airnya, telah mencanangkan menuju terwujudnya kemanfaatan air yang mantap, yang berdaya guna, dan berhasil guna, serta berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh rakyat. Salah satu cara adalah dengan laku budaya hemat air dan ramah lingkungan seluruh komponen masyarakat. Gerakan hemat air harus lebih digalakkan.

Aksi lain yang perlu diimplementasikan adalah memperbaiki jaringan hidrologi di tiap wilayah sungai sebagai pendeteksi perubahan ketersediaan air maupun sebagai perangkat pengelolaan air dan sumber air.

Mengadakan inventarisasi DAS yang mengalami pencemaran, namun tingkat penggunaan airnya sangat tinggi di Jawa untuk dapat ditentutan prioritas penanganannya. Sekaligus meningkatkan daya dukung DAS dengan mencegah kerusakan dan memperbaiki daerah tangkapan air sebagai daerah resapan air melalui upaya korservasi lahan.

Melaksanakan pembangunan situ, embung, dan waduk, karena tempat-tempat penampungan air tersebut dapat digunakan sarana menyimpan air di musim hujan sehingga bisa dimanfaatkan airnya di musim kemarau. Juga penting mengadakan perubahan pola operasi dan pemeliharaan waduk dan bangunan pelengkap/penunjangnya untuk menyesuaikan dengan adanya peningkatan intensitas hujan dan berkurangnya curah hujan sebagai dampak adanya perubahan iklim.

Penting juga melembagakan pemanfaatan informasi prakiraan cuaca dan iklim secara efektif dalam melaksanakan operasi dan pengelolaan air waduk, sehingga dapat menekan resiko kekeringan dan kebanjiran lebih efektif.

Penelitian geohidrologi untuk mengetahui cekungan-cekungan air tawan juga penting, sehingga dapat dibangun dan dipertahankan situ-situ, danau-danau, dan pembangunan resapan air serta penampungan air, baik di gedung-gedung maupun di dalam tamah. Perlu dilakukan pengawasan terhadap kewajiban pemilik gedung untuk membuat resapan air dan penampungan air.

Gerakan Indonesia hijau dengan menanam pohon harus terus digalakkan. Pada anak-anak, remaja, dan generasi muda harus ditanamkan budaya “Muda Menamam, Tua Memanen”. Jadi, menanam pohon bukan sekadar kegiatan seremonial, tapi berkelanjutan.

Hal lain yang perlu kita lakukan adalah memanen hujan. Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut untuk dimanfaatkan pada musim kemarau dengan membangun sarana infrastruktur penampung air seperti waduk, embung, situ, sumur-sumur resapan, lubang resapan biopori, dan tandon air. Upaya ini juga dimaksudkan untuk mencegah bencana banjir yang selalu datang pada musim hujan.

Perlu juga perencanaan dan pelaksanaan strategi nasional pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan. Melakukan rehabilitasi pengelolaan air di daerah lahan gambut pada kanal-kanal terbuka dengan membangun sistem buka-tutup pada kanal tersebut untuk menjaga kestabilan muka air tanah. Dan menginventarisasi daerah lahan gambut sesuai dengan karakteristiknya dan perlu dibuat penataan ruang lahan gambut sesuai karakteristik tersebut.

Mencermati pengalaman negara Australia ketika membantu penanganan kebutuhan air bersih masyarakat pascagempa di Sumatera Barat, 30 September 2009 lali, yang mengembangkan teknologi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar yang dapat diminum, maka teknologi itu ke depan perlu dikembangkan di Indonesia, terutama di daerah-daerah krisis air bersih.

Bulan Kembar"

News publik :
SHUTTERSTOCK
Bulan purnama ditemani planet yang bersinar.


Langit malam pertengahan bulan, 16 Ramadan 1431 H yang jatuh pada hari Kamis (26/8/2010) dihiasi fenomena astronomis yang unik. Dari sekitar Jakarta, cuaca sangat cerah sehingga bulan purnama kelihatan begitu terang, apalagi ditemani kerlap-kerlip bintang dan planet.

Ada yang berbeda malam ini. Selain munculnya bulan penuh, hanya sehari usai purnama kemarin, seperti setiap tengah bulan hijriah lainnya, langit malam beberapa minggu ini juga dihiasi planet-planet yang tergolong sangat terang, seperti Yupiter dan Venus. Kedua planet yang tergolong paling terang di antara planet dan bintang di langit muncul bergantian menemani terangnya bulan.

Fenomena tersebut pantas dijuluki "bulan kembar" meski bulan purnama tentu jauh lebih terang dari planet-planet itu. Andai kebetulan langit cerah dan tak tertutup awan tebal, tak lama setelah Matahari terbenam di ufuk barat, langit malam berganti dihiasi terangnya bulan purnama di timur. Di barat, Venus menampakkan cahayanya yang saking terangnya sampai dijuluki sang bintang Kejora.

Venus tak muncul lama karena ia hanya ada sekitar 90 menit sebelum tenggelam. Namun, tak lama kemudian, dari ufuk barat terbit Planet Yupiter sekitar pukul 20.45 saat jaraknya hanya sekitar 6 derajat di bawah bulan.

Jarak rata-rata Yupiter dan Bulan tampak kira-kira hanya setengah kepalan tangan saja. Keduanya akan bergerak selaras ke arah barat dan bisa dilihat sepanjang malam sampai waktu sahur sekitar pukul 03.00, Jumat (27/8/2010).

Malam ini Yupiter yang merupakan planet terbesar di tata surya memang terlihat lebih terang. Saat ini kebetulan planet tersebut sedang di posisi perihelium, jarak terdekat dengan Matahari, sehingga terlihat lebih besar dari Bumi.

Dibanding saat aphlium atau jarak terjauh dengan Matahari, yang terjadi tahun 2005, ukurannya terlihat 11 persen lebih besar dan tingkat keterangannya sampai 1,5 kali lipat dilihat dari Bumi.

Tentu fenomena tersebut hanya kebetulan terjadi pada bulan Ramadan kali ini. Namun, keunikan tersebut tentu pantas diamati meski sekadar disaksikan sekilas saja untuk mengingatkan kita terhadap kebesaran Sang Pencipta. Apalagi kalau Anda punya teleskop, peristiwa ini tentu haram dilewatkan.

Mars dan Venus "Bercumbu"

News publik :

SPACE.COM
Simulasi langit Jumat (27/8/2010) pukul 20.00 dengan software Starry Night. Mars akan berada di kanan atas Venus pada jarak 2-3 derajat saja dan tidak akan sebesar Bulan seperti kabar hoax.

Di antara kerlap-kerlip bintang di langit Jumat (27/8/2010) malam nanti, planet-planet di tata surya juga akan menampakkan diri menghiasi malam. Kalau kebetulan langit cerah dan tidak mendung, jangan lewatkan "berburu" Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus nanti malam.

Bahkan, Mars dan Venus akan "bercumbu" karena berada pada posisi sangat berdekatan. Unik bukan melihat Mars dan Venus yang selama ini sering menjadi simbol pasangan yang harmonis. Malam ini, keduanya akan terbit hampir bersamaan dan hanya berjarak 2-3 derajat. Panjang kepalan tangan orang dewasa rata-rata sekitar 10 derajat, jadi jarak keduanya akan terlihat hanya sepertiga kepalan tangan.

Lihatlah ke langit barat sekitar 45 menit setelah Matahari terbenam. Venus akan jelas terlihat karena bakal menjadi benda langit paling terang di barat. Di arah timur bulan sangat terang karena masih terlihat bulat meski tak sepenuh purnama dua hari lalu.

Mars akan berada di kanan atas Venus dengan cahaya jauh lebih redup. Sementara di sisi kiri atas Venus adalah bintang Spica. Jauh di sebelah kanan Venus, dengan posisi agak sedikit ke bawah, ada Planet Saturnus. jauh di kiri atasnya ada bintang Antares yang merupakan bintang paling terang di rasi Scorpio.

Kesempatan melihat Mars dan Venus berpasangan malam ini hanya sebentar. Keduanya akan terbit sekitar 45 menit setelah Matahari terbenam dan akan sama-sama tenggelam di bawah horizon 90 menit berikutnya. Jadi, jangan lewatkan.

Membantah "hoax"

Kemunculan Venus dan Mars yang berpasangan ini sekaligus membantah pesan yang beredar secara berantai lewat e-mail, instant messenger, dan BlackBerry Messenger. Sepanjang hari Kamis (26/8/2010) kemarin hingga hari ini beredar pesan berantai yang mengabarkan soal penampakan Mars sebesar bulan yang akan terjadi malam nanti.

Tidak sedikit yang bertanya-tanya benar tidaknya informasi tersebut meski meragukannya. Disebutkan bahwa pada 27 Agustus malam, Mars akan berada pada jarak paling dekat dengan Bumi sehingga terlihat sangat besar. Mars disebut akan terlihat sebesar bulan dan berdekatan sehingga terlihat di langit seperti bulan kembar.

Kalau ditelusuri di internet, pesan tersebut adalah hoax alias berita bohong yang sudah tersebar sejak tahun 2004. Pada kenyataannya, Mars tidak mungkin terlihat sebesar bulan. Meski diameter planet Mars dua kali diameter bulan, jaraknya yang sangat jauh dari Bumi membuatnya hanya terlihat sebagai titik.

Hoax ini selalu beredar tiap tahun setiap menjelang 27 Agustus. Hal ini berkaitan dengan fenomena yang disebut oposisi Mars dan Bumi pada 27 Agustus 2003. Saat itu, Mars memang berada pada posisi oposisi atau jarak terdekat dengan Bumi dalam 60.000 tahun terakhir. Namun, dengan jarak 55,7 juta kilometer saat itu Mars hanya terlihat sedikit lebih besar berupa titik yang berona merah. Dengan teleskop terlihat sebagai bulatan kecil berwarna merah saja.

Jadi, Mars tidak akan menemani bulan malam ini, melainkan Venus. Di langit timur, bulan memang akan ditemani planet yang sangat terang, tapi itu adalah planet Yupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya, Yupiter terlihat sangat terang. Yupiter akan terbit menemani rembulan sepanjang malam tak lama setelah Venus dan Mars tenggelam di barat.

Pergerakan benda-benda langit yang beredar di orbitnya masing-masing dengan keunikannya memang memberikan pemandangan langit yang selalu dinamis dan indah. Pada saat-saat tertentu bulan sabit pun terlihat seperti tersenyum dengan dua planet yang menemani di atasnya. Mempelajari fenomena astronomi tak hanya menambah wawasan, tetapi juga mengingatkan akan keindahan alam dan Penciptanya.

Meksiko Kerangka Manusia Purba Diangkat dari Gua

News publik :


Kerangka anak dari masa prasejarah dikeluarkan dari gua bawah air di Meksiko empat tahun setelah beberapa penyelam secara kebetulan menemukan kerangka yang terpelihara baik yang menawarkan petunjuk migrasi manusia purba.

Kerangka anak kecil itu, yang dinamakan Young Hol Chan, berusia lebih dari 10.000 tahun dan termasuk di antara tulang-belulang manusia paling tua yang ditemukan di benua Amerika.

Kerangka tersebut ditemukan tahun 2006 oleh pasangan penyelam gua dari Jerman yang melakukan eksplorasi lubang akibat peristiwa unik, tanah amblas setelah banjir, yang dikenal sebagai cenote, kejadian yang lazim di negara bagian Quintana Roo, Meksiko timur.

Beberapa ilmuwan memerlukan waktu tiga tahun untuk mempelajari kerangka di tempat mereka terbaring sebelum memutuskan bahwa aman untuk membawa kerangka itu ke permukaan untuk studi lebih lanjut, demikian pernyataan Lembaga Nasional bagi Antropologi dan Sejarah Meksiko.

Lembaga tersebut mengkoordinasikan studi tentang migrasi manusia purba ke Meksiko timur yang bertujuan memperdalam pemahaman tentang pergerakan orang di seluruh Selat Bering pada akhir Musim Es terakhir. Young Hol Chan, yang namanya diambil dari sumur tempatnya berada, ditemukan di gua gelap 8,3 meter di bawah permukaan air.

Satwa Liar Paus Pembunuh Terdampar di Kuta

News publik :


Seekor anak paus pembunuh (Orcinus Orca), Minggu (29/08/2010) pagi terdampar di pantai Kuta, Badung, Bali. Paus yang berukuran sekitar 4 meter ini ditemukan warga Kuta sekitar pukul 06.00 WITA terjebak di depan Pura Pesanggaran, Kuta, saat air laut dalam kondisi surut.

Posisi paus berada di laut dangkal atau sekitar 50 meter dari bibir pantai.“Karena banyak karang disana, perut bagian bawah paus mengalami luka,” ujar Alex, petugas Balawista Kuta.

Untuk menyelamatkan nyawa paus tersebut, petugas Balawista Kuta, berinisiatif untuk menggiring dan memandu paus kembali ke laut lepas. Paus yang aktif bergerak ini kemudian pelan-pelan mampu berenang kembali ke laut lepas dengan pengawalan petugas Balawista.

“Pihak Balawista masih terus memantau, mengantisipasi paus itu terdampar kembali,” jelas Alex. Kejadian ini sempat menarik perhatian sejumlah warga dan wisatawan yang ingin menonton langsung proses evakuasi paus tersebut kembali ke laut.

Arkeologi Kerangka Manusia Purba Terpendam di Bali

News publik :


Tim peneliti Balai Arkeologi Denpasar menemukan kerangka manusia purba yang diperkirakan berumur 2500 tahun saat melakukan penggalian di Desa Keramas, Blahbatu, Minggu (29/08/2010). Kerangka yang masih utuh ini diperkirakan kerangka seorang abdi yang setia kepada tuannya pada zaman kerajaan silam.

“Dari hasil penelitian kami, diduga dia abdi tuannya yang setia dan dikubur di samping sarkofagus tuannya,” ujar Ayu Kusumawati, koordinator Balai Arkeologi, Denpasar. Penemuan kerangka ini menyusul temuan sarkofagus istimewa berkepala patung manusia yang digali pada 25 Agustus 2010 lalu.

Disamping kerangka peneliti juga menemukan batung beliung dan guci kuno. Sejak tahun 1978, sebanyak 37 sarkofagus ditemukan di Kabupaten Gianyar. Penemuan terakhir terdapat di kawasan galian bata merah, Desa Keramas, Blahbatu, Gianyar.

Tim peneliti menduga di lokasi penemuan ini, pada awal zaman peradaban Bali, merupakan pemukiman padat penduduk. Hal tersebut diperkuat dengan temuan periuk dan alat-alat persembahyangan.

Inilah Kronologi Meletusnya Sinabung

News publik :

AP
Gunung Sinabung memancarkan abu vulkanik di Tanah Karo, Sumatra Utara, Minggu (29/8/2010).

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memaparkan kronologi meletusnya Gunung Sinabung dan perkembangan gunung yang berada di Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo.

Sekretaris Daerah Sumut RE Nainggolan di Medan, Minggu (29/8/2010), mengatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Karo untuk memantau perkembangan aktivitas Gunung Sinabung pada 28 Agustus 2010.

Ia merincikan, pada pukul 08.00 hanya terlihat asap putih tipis dengan ketinggian sekitar 200 meter di atas Gunung Sinabung. Kawasan pun tertutup kabut pada pukul 16.00.

Dari koordinasi itu ditetapkan bahwa Gunung Sinabung sebagai gunung bertipe "B" atau tidak memiliki karakter meletus secara magnetik. Namun, gunung tersebut harus dipantau sepanjang hari untuk mengamati perkembangan yang terjadi.

Pada pukul 19.00-24.00, keberadaan asap dari bawah tidak terpantau sehingga disimpulkan bahwa Gunung Sinabung tidak menunjukkan peningkatan aktivitas.

Namun, tanpa diduga sama sekali, gunung itu menunjukkan peningkatan aktivitas yang ditandai dengan suara gemuruh pada Minggu (29/8/2010) pukul 00.08.

Dengan adanya peningkatan kegiatan itu, pada pukul 00.10, evakuasi atau pengungsian pengungsian dilakukan terhadap warga yang berada di sekitar Gunung Sinabung.

Pada pukul 00.12 terlihat letusan asap dengan ketinggian 1.500 meter dan abu hitam disertai lontaran lava pijar ke arah barat daya dan selatan serta jatuhan abu halus piroklastik.

Semburan lava pijar itu juga menyebabkan puncak hingga sekitar dua pertiga lereng Gunung Sinabung terbakar.

Letusan utama terjadi antara 10 dan 15 menit. Titik api masih terlihat hingga pukul 02.00 pada ketinggian 1.200 dan 1.400 meter.

Pada pukul 02.40, titik api terlihat padam dan tumpukan abu putih kotor terlihat di Dusun Simacem, Desa Bekerah, yang berlokasi sekitar 4 km dari Puncak Gunung Sinabung. Abu tersebut memiliki ketebalan tiga sentimeter.

Setelah itu, cuaca terlihat cerah dan Gunung Sinabung mulai terlihat jelas mulai pukul 03.00. Meski demikian, asap tipis masih terlihat hingga pukul 06.00.

Pemerintah, khususnya Pemprov Sumut, pun tetap mengirimkan berbagai bantuan, baik berupa makanan, obat-obatan, maupun petugas untuk membantu masyarakat. "Karena itu, kami mengharapkan masyarakat tetap tenang," katanya.

Aktivitas gunung Berapi Yang "Tidur" Pun Gugah Bencana

News publik :

Detik-detik meletusnya gunung Sinabung, Minggu (29/8/2010) pukul 00.15 WIB. Tampak lahar panas meluncur dari puncak gunung dengan api masih menyala.

Mengawali tulisan ini, pertama-tama perlu ditegaskan lagi bahwa meramal letusan gunung api tidak akan bisa tepat 100 persen, terutama jika di gunung tersebut tidak dipasang alat-alat pemantau aktivitas kimia dan seismik. Padahal, gunung yang ”tidur” justru berpotensi menyimpan energi besar.

Tak ada seorang pun menduga Gunung Sinabung akan meletus lewat tengah malam Sabtu (28/8/2010), tepatnya sekitar pukul 00.08, Minggu (29/8/2010). ”Kami belum sempat memasang peralatan karena mulai aktifnya baru,” ujar Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Bahkan, pada 28 Agustus 2010, ”Amat tenang,” tutur Surono, Minggu (29/8/2010) di Bandung.

Hanya sekitar 24 jam kemudian gunung tersebut menyalak dengan melontarkan gas hingga sekitar 1.500 meter ke atas.

Ia sempat tidak enak hati karena sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan bahwa aktivitas gunung yang terletak di daerah Brastagi itu tidak berbahaya.

Persoalannya, Gunung Sinabung memang tidak dipantau karena termasuk gunung api tipe B, yaitu letusan terakhir tercatat pada tahun 1600-an.

Indonesia sebagai tempat pertemuan tiga lempeng besar dunia memiliki gunung api yang berderet sepanjang zona subduksi. Tak kurang dari 150 gunung api terdata oleh pemerintah kolonial Belanda. Sekitar 80 gunung di antaranya termasuk tipe A (pernah meletus setelah tahun 1600-an), sekitar 34 buah adalah gunung api tipe B (letusan terakhir sekitar tahun 1600-an), dan sisanya adalah gunung api tipe C yang sama sekali tidak ada data letusannya.

Patokan pendokumentasian adalah tahun 1600-an, karena, ”Setelah Belanda masuk ke Indonesia, pendokumentasiannya menjadi lebih baik. Jadi, letusan sebelumnya tidak terdokumentasi dengan baik. Kalaupun ad,a hanya didapat dari cerita mulut ke mulut saja,” ujar Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG I Gede Suantika saat dihubungi kemarin.

Karena sedemikian banyaknya gunung api di Indonesia, maka prioritas pemantauan diberikan kepada gunung api tipe A, sementara gunung api tipe B dianggap ”tidur”.

Gunung api yang ”tidur” ini sebenarnya terus melakukan aktivitas vulkaniknya. Gunung ini punya fumarol dan solfatar, yaitu sumber gas dan uap yang mengandung gas-gas seperti karbon dioksida dan gas belerang.

”Kami hanya datang sesekali ke gunung api tipe B ketika terjadi peningkatan aktivitas,” ujar Surono. Dia mengaku ”kecolongan” dengan meletusnya Gunung Sinabung yang sempat tenang pada 24 jam sebelum meletus.

Ubah pola pikir

Menyadari semakin padatnya populasi di daerah-daerah subur, yang notabene adalah daerah-daerah kawasan gunung api, Surono menegaskan perlunya mengubah pola pikir. Dia teringat akan proses termodinamika yang merupakan proses yang berlangsung di dalam sistem gunung api—di mana prosesnya melibatkan faktor temperatur, tekanan, dan volume.

Temperatur antara lain dipengaruhi oleh magma yang tersimpan dalam perut magma gunung bersangkutan, sementara tekanan bisa meningkat ketika gas terperangkap di dalam kubah gunung, dan volume gas juga bisa meningkatkan tekanan. ”Proses termodinamika ini tidak bisa diprediksi karena merupakan sebuah proses yang harus dilihat pada akhir proses, pada ’saat itu’,” tutur Surono.

”Saat itu” adalah saat di mana energi yang dihasilkan oleh proses termodinamika tersebut keluar dalam bentuk letusan. ”Kita tidak pernah tahu kapan itu bakal terjadi,” kata Surono.

Tak bisa diketahui kapan terjadi bukan berarti tidak bisa didekati prediksinya dengan pendekatan pengukuran data-data fisik dan kimia.

Gunung berapi tipe A relatif lebih bisa diprediksi karena proses termodinamika yang berlangsung di dalam sistem gunung api ditangkap melalui pengukuran-pengukuran fisik dan kimiawi. Di gunung api tipe A, pihak PVMBG memasang termometer untuk mengukur suhu air, juga memasang pengukur unsur-unsur kimia dari gas dan uap pada fumarol dan solfatar. Selain itu juga dipasang seismograf untuk mencatat tremor atau gempa vulkanik. Ketika aktivitas vulkanik meningkat, semua data akan terbaca pada alat-alat tersebut.

Padahal, pada gunung api tipe B, risiko bencananya pun berpotensi menjadi besar.

”Ketika sebuah gunung api tidak aktif dalam jangka panjang, maka potensi meletusnya besar sehingga energinya pun besar. Dengan demikian, risikonya pun besar,” ungkap Surono. Artinya, pemantauan yang dilakukan menerus berperan penting dalam melakukan prediksi meletusnya gunung api meski seperti disebutkan sebelumnya, proses termodinamika adalah proses ”saat itu”—proses terakhir yang menentukan.

Menurut Gede, dari fenomena aktivitas vulkanik yang tercatat di Gunung Sinabung, ”Letusan ini baru awal,” katanya. Menurut dia, letusan gunung yang jaraknya dekat dengan Gunung Sibayak ini masih akan berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan. ”Belum bicara soal besarnya letusan,” ujarnya.

Dari laporan data yang masuk, muncul indikasi terjadi suplai magma baru yang ditandai dengan gempa vulkanik dalam atau gempa vulkanik A—sumber gempanya sekitar 1 kilometer-5 kilometer di bawah permukaan. Jika frekuensi gempa vulkanik dalam ini meningkat—hingga ratusan per hari—ada kemungkinan terjadi letusan lebih besar.

Apa yang diungkapkan Surono tentang proses termodinamika yang terbaca ”saat itu” telah mendapatkan jawabannya di lapangan. Artinya, pengamatan harus terus dilakukan karena indikasi akan langsung disusul dengan aksi (kejadian) yang berpotensi mengakibatkan bencana.

Ketika Gunung Sinabung yang ”tidur” itu terbangun, proses termodinamika ”saat itu” lalu menjadi riil. Maka, tak salah bahwa pengamatan harus terus-menerus dilakukan sekarang ini terhadap Gunung Sinabung dan di masa mendatang terhadap gunung api-gunung api tipe B lainnya. Sebab, rakyat berhak mendapatkan perasaan aman.

Riset Unggulan Kedelai Mutiara Siap Ditanam

News publik :
R
Inilah biji kedelai mutiara 1 yang diperkenalkan PPTN Batan (31/08/2010). Kedelai vaerietas baru ini merupakan kedelai unggulan terbaru temuan Batan.


Impian untuk menuju kemandirian dalam pemenuhan kedelai nasional akan terwujud sebentar lagi. Pusat Pengembangan Tenaga Nuklir Batan atau PPTN Batan memperkenalkan varietas kedelai terbaru, yaitu kedelai Mutiara 1, di kawasan PPTN Batan, Jakarta Selatan, Selasa (31/8/2010).

Kedelai Mutiara 1 telah diuji coba di 16 daerah berbeda dan pada dua cuaca yang berbeda. Selain itu, kedelai ini juga telah dicoba untuk dijadikan tempe dan tahu. "Untuk tahu satu kilo kedelai bisa menjadi tiga kilo tahu," ujar Zaenal Abidin, Kepala Pusat Aplikasi Teknologi Isotop Radiasi Batan.

Keistimewaan kedelai Mutiara ini ada pada biji yang superbesar. "Beratnya sekitar 23,4 gram per 100 biji," papar Harry Is Mulyana, peneliti kedelai Mutiara 1.

Potensi rata-rata kedelai ini mencapai 4,2 ton per hektar. Varietas baru ini juga tahan terhadap penyakit karat daun dan hama penggerek pucuk. Biji kedelai Mutiara 1 ini dikembangkan dengan teknik iradiasi sinar gamma dengan kekuatan 150 gray dalam keadaan kering.

"Kadar air paling banyak 10 persen supaya bisa disinari," ucap Harry. Lama iradiasi kedelai sekitar 15 menit. "Iradiasi ini berguna memecah inti sel untuk mendapatkan variasi keragaman genetik," papar Harry.

Walaupun menggunakan teknik iradiasi, masyarakat tidak perlu khawatir akan terkena efek zat radioaktif karena bibit yang diradiasi adalah bibit induk. "Yang kita makan itu sudah turunan ke-4 dan ke-5, sedangkan yang masih ada efek radiasinya itu hanya sampai turunan ke-2," ucap Zaenal.

Kedelai Mutiara merupakan varietas keenam hasil pengembangan PPTN Batan. Varietas sebelumnya adalah kedelai Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, dan Mitani. Varietas pertama telah dikembangkan sejak tahun 1987.

Produk Ramah Lingkungan Plastik Oxium Terurai dalam Dua Tahun

News publik :


Sabrina Asril
Plastik Oxium mendapatkan Green Label dari InSWA (Indonesia Solid Waste Association) karena mampu terurai secara alami dalam waktu singkat yakni 2 tahun

Banyak orang beranggapan plastik adalah bahan non-organik yang berasal dari petroleum. Padahal, petroleum itu sendiri berasal dari plankton-plaknton yang kemudian menjadi minyak bumi dan akhirnya dijadikan bahan dasar plastik.

"Banyak orang menyalahkan plastik karena non-organik. Itu salah. Justru plastik itu organik. Hanya memang sulit terurai dia bisa diurai 500-1000 tahun lamanya. Ini yang jadi masalah kenapa plastik itu tidak ramah lingkungan bukan karena dia non organik," ujar Presiden Direktur PT Tirta Marta, Sugianto Tandio, Selasa (31/8/2010), saat jumpa pers di Grand Indonesia, Jakarta.

Lanjutnya, bahan plastik sering kali menjadi kambing hitam, karena dianggap merusak lingkungan. Akan tetapi, manusia sebenarnya tidak dapat memungkiri bahwa plastik masih menjadi bahan kemasan favorit. Hal ini karena plastik memiliki karakter berbiaya murah, berbobot ringan, praktis, dan tidak mudah pecah.

"Dengan demikian yang harus dilakukan saat ini adalah bukan memusuhi plastik, tapi mempercepat proses penguraian plastik, yang awalnya ribuan tahun jadi bisa lebih singkat," ujarnya kepada pers.

Oleh karena itu, melalui perusahannya, PT Mitra Tirta, Sugianto kemudian mengembangkan produk plastik yang ditambahkan Oxium. Oxium merupakan aditif yang dapat mempercepat terjadinya proses degradasi plastik dalam waktu 2 tahun melalui oksidasi, thermal, dan fotodegradasi.

"Dari mana Oxium ini terbentuk? Kalau itu saya tidak bisa beritahu yang jelas bahan baku Oxium ini berasal dari manusia, jadi bisa dipastikan aman," ungkap Sugianto.

Retailer di beberapa kota besar telah menggunakan Oxium sebagai shopping bag, seperti Carrefour, Indomaret, Alfamart, Superindo, Hero, Giant, Gramedia, Zara, Time Zone, Kemchicks, Guardian, dan Premium Factory Outlet.

"Ke depannya kita masih berusaha mendekati untuk penggunaan plastik produk kemasan," ujarnya.

Menurut Sugianto, upayanya ini memang merupakan langkah kecil dalam menyelamatkan lingkungan karena masih banyak penggunaan plastik lainnya yang masih belum dijangkau Oxium.

"Untuk sampah plastik retail modern mencapai 35.000 ton/hari. Coba bandingkan dengan total konsumsi plastik di Indonesia yang mencapai 3 juta ton/hari, jelas PR kita masih banyak," tandasnya.

Dengan inovasi yang dilakukan PT Tirta Marta ini, asosiasi pengelolaan sampah Indonesia atau InSWA pun memberikan sertifikasi Green Label pada produk plastik Oxium. "Dengan menggunakan plastik terurai, sampah plastik diharapkan tidak lagi menumpuk, menghambat saluran air, dan tanah dapat berfungsi kembali sebagai penyerap air hujan," Sugianto menjelaskan.

Kedelai Superbesar Karya Batan

News publik :




Menteri Pertanian Suswono mendeskripsikannya sebagai kedelai superbesar: Varietas kedelai hasil iradiasi nuklir yang diberi nama Mutiara 1 itu dikerjakan para periset Badan Tenaga Nuklir Nasional selama enam tahun antara 2004 dan 2010.

"Riset ini mengikuti tuntutan pasar yang menghendaki kedelai varietas lokal, tetapi berbiji besar seperti kedelai impor,” kata Harry Is Mulyana di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (Patir) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Jakarta.

Harry bersama Arwin, Tarmizi, Masrizal, dan Muchlis Adie merupakan para periset kedelai Mutiara 1 yang diluncurkan sebagai varietas unggul oleh Menteri Pertanian Suswono pada 22 Juli 2010. Deskripsi kedelai Mutiara 1 yang superbesar didasarkan pada bobot rata-rata 23,2 gram per 100 biji. Ini lebih besar daripada kedelai impor Amerika Serikat yang hanya sekitar 18 gram per 100 biji.

Iradiasi gama

Harry menyebutkan, Mutiara 1 merupakan hasil iradiasi sinar gama. Iradiatornya yang dimiliki disebut Gammacell-220. Kapasitas penyinarannya hanya untuk 1 kilogram biji kedelai.

Ini disebut iradiasi nuklir, yaitu penyinaran memanfaatkan radioisotop untuk mengubah sifat kimiawi dan sifat fisis yang memancarkan sinar radioaktif. Istilah iradiasi berbeda dengan radiasi. Radiasi adalah pancaran sinar radioaktif ke segala arah tak menentu, sedangkan iradiasi adalah radiasi itu sendiri yang diarahkan pada fokus tertentu.

”Dari 1 kilogram biji kedelai yang diiradiasi di Gammacell-220 itu kemudian ditanam. Biji kedelai sudah mengalami mutasi gen. Benih yang dihasilkan lalu diseleksi untuk mendapatkan kedelai yang sesuai dengan yang dikehendaki,” kata Harry.

Iradiasi sinar gama ini memperbanyak keragaman genetik. Pengaruh yang ditimbulkan pada generasi pertama kali biasanya terjadi kerusakan fisik. Pada generasi kedua terjadi segregasi atau keragaman genetik seleksi. Kemudian mulai dipetakan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan.

Menurut Harry, Mutiara 1 merupakan hasil mutasi gen pada kedelai lokal varietas Muria. Perubahan gen yang dikehendaki tidak bisa diperoleh serta-merta. Inilah yang membutuhkan waktu relatif lama hingga enam tahun untuk mendapatkan benih Mutiara 1 dengan gen yang dikehendaki.

Mutiara 1, selain berbiji besar, juga memiliki sifat tahan penyakit karat daun (Phakospora pachirhyzi Syd) dan tahan terhadap penyakit bercak atau hawar daun coklat (Cercospora). Mutiara 1 juga tahan hama penggerek pucuk (Melanagromyza sojae).

”Benih Mutiara 1 sebelum dilepas kepada petani harus stabil. Stabil artinya sudah tidak berubah lagi susunan gennya. Biasanya sampai pada generasi keempat,” kata Harry.

Biji kedelai setelah disinar gama kobalt (Co) 60 selama sekitar 15 menit dengan dosis 150 gray itu mengalami perubahan komposisi gen. Ini sebagai benih inti. Benih inti kemudian ditanam untuk menghasilkan benih penjenis. Hasil benih penjenis diperoleh lagi benih dasar. Dari benih dasar diperoleh benih pokok. Kemudian, dari penanaman benih pokok ini diperoleh yang disebut sebagai benih sebar.

”Benih sebar ini yang kemudian disertifikasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih untuk dikonsumsi sebagai benih siap tanam oleh petani,” kata Harry.

Ada sedikitnya empat tingkatan pemuliaan benih untuk mendapatkan Mutiara 1 agar bisa ditanam petani. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Suswono Nomor 2602/Kpts/SR.120/7/2010 tentang Pelepasan Galur Mutan Kedelai 37 MBB sebagai Varietas Unggul dengan Nama Mutiara 1, usia tanam kedelai ini tergolong genjah.

Dengan ketinggian batang rata-rata 46,8 sentimeter, kedelai Mutiara 1 dapat dipanen pada usia kira-kira 82 hari. Pada usia 30 hari, Mutiara 1 sudah berbunga warna ungu.

Hasil panen kedelai Mutiara 1 tak ubahnya dengan varietas kedelai lokal lain yang memiliki kadar protein 37,7 persen dan kadar lemak 13,8 persen. Ini sangat cocok untuk produksi tahu dengan rendemen sangat tinggi sampai 373,3 persen. Cocok pula untuk produksi tempe dengan rendemen 193,3 persen. Kedelai varietas lokal justru lebih disukai cita rasanya untuk tahu-tempe ketimbang kedelai impor.

Terus meningkat

Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir Batan Taswanda Tary mengatakan, hasil penelitian kedelai ini terus meningkat. Sebelumnya sudah diperoleh kedelai varietas Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, dan Mitani dengan cara iradiasi sinar gama Co 60 pula.

”Pelepasan pertama kali varietas Muria pada 1987. Terakhir dihasilkan kedelai varietas Mutiara yang memiliki produktivitas 2,4 ton hingga 4,1 ton per hektar,” kata Taswanda.

Varietas Muria memiliki produktivitas 1,8 ton per hektar dengan kelebihan tahan penyakit karat daun. Varietas Tengger dilepas pada 1991 dengan produktivitas 1,4 ton hingga 1,7 ton per hektar.

Varietas Meratus hampir mirip Tengger. Kemudian menginjak pada varietas Rajabasa terjadi peningkatan produktivitas berkisar 2,05 ton hingga 3,9 ton per hektar yang dilepas pada 2004. Bijinya besar, tahan penyakit karat daun, serta toleran terhadap lahan kering dan masam.

Diikuti pada 2008 dengan pelepasan varietas Mitani. Angka produktivitasnya mencapai 2 ton hingga 3,2 ton per hektar. Varietas ini tahan terhadap penyakit karat daun, tahan terhadap hama Aphis sebagai vektor penyakit virus, serta memiliki kadar protein yang tergolong tinggi.

Dari generasi Mitani ini kemudian disusul generasi Mutiara 1. Mutiara 1 telah lolos uji lokasi di 16 wilayah di Indonesia. Salah satunya di Nusa Tenggara Barat yang telah dipanen pada 29 Juli 2010. Sekarang saatnya petani menunggu penyebaran benih kedelai biji superbesar ini. Konsumen menanti tahu dan tempe varietas kedelai lokal.

Kontroversi Pendapat Stephen Hawking Alam Semesta Bukan Ciptaan Tuhan?

News publik :

N
Stephen Hawking




Fisikawan terkemuka asal Inggris, Stephen Hawking, dalam buku terbarunya yang berjudul The Grand Design berpendapat bahwa alam semesta tak diciptakan oleh Tuhan. Menurutnya, peristiwa Big Bang yang menjadi awal pembentukan alam semesta tercipta akibat hukum gravitasi dan bukan karena adanya campur tangan Ilahi.

"Karena adanya hukum gravitasi, alam semesta bisa dan akan tercipta dengan sendirinya. Penciptaan yang spontan itu adalah alasan mengapa sesuatu itu ada, mengapa alam semesta itu ada, mengapa kita ada," tegas Hawking dalam buku terbarunya itu yang ditulis bersama Leonard Mlodinow, fisikawan asal AS.

Dalam buku yang akan segera terbit pada 9 September mendatang di Inggris itu, Hawking meyakinkan bahwa "M-Theory", sebuah bentuk dari string theory, bisa menjelaskan penciptaan alam semesta. "Tidak perlu membawa-bawa Tuhan seolah-olah Ia yang memicu terciptanya alam semesta," tulis Hawking.

Pendapat Hawking bertentangan dengan Isaac Newton yang mengatakan bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan karena tidak mungkin alam tercipta dari chaos. Pemikiran Hawking yang ditulis dalam buku barunya itu datang dari sebuah observasi pada 1992 yang meneliti sebuah planet serupa Bumi yang mengelilingi sebuah bintang yang mirip Matahari.

"Secara kebetulan kondisinya mirip sistem tata surya kita dengan matahari tunggal, dan kombinasi yang benar-benar sangat mirip antara jarak Bumi-Matahari dan massa matahari sehingga bukan menjadi hal yang luar biasa dan tidak terbukti bahwa Bumi dirancang secara khusus hanya untuk kehidupan manusia," jelas Hawking kemudian.

Hal tersebut bertolak belakang dengan pendapat sebelumnya. Dalam bukunya yang terbit pada tahun 1988, A Brief History of Time, Hawking menegaskan kepercayaannya akan campur tangan Tuhan dalam penciptaan alam semesta. "Jika kita menemukan sebuah teori yang lengkap maka itu akan menjadi kemenangan besar dari nalar manusia. Untuk itu, kita harus mengetahui pikiran Tuhan," tulis Hawking, pada saat itu.

Kontroversi Pendapat Stephen Hawking Hawking Mungkin Salah Mengartikan Tuhan

News publik :



Pendapat ilmuwan terkemuka asal Inggris, Stephen Hawking, yang mengabaikan peran Tuhan dalam penciptaan alam semesta tak sepenuhnya ditentang. Koleganya di Universitas Cambridge menduga Hawking mungkin salah mengartikan Tuhan sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab suci.

"Istilah Tuhan yang coba diungkap Stephen Hawking bukanlah Tuhan pencipta seperti yang dipercayai Ibrahim, yang merupakan penjelasan terbaik untuk menjelaskan mengapa sesuatu ada," ujar Denis Alexander, Direktur The Faraday Institute for Science and Religion, Jumat (3/9/2010).

Menurutnya, istilah Tuhan yang dikatakan Hawking adalah perwujudan yang mengisi celah-celah dalam ilmu sains yang belum terungkap. Padahal, pandangan terhadap sains dan keyakinan agama berbeda. Ia berpendapat, sains menjelaskan sesuatu dengan narasi yang hebat tentang terjadinya sesuatu, sementara teologi merupakan makna dari narasi tersebut.

Fraser Watts, seorang pendeta Anglican dan juga pakar sejarah sains dari Cambridge, mengatakan, keberadaan alam semesta bukanlah bukti adanya Tuhan. "Tuhan sebagai Pencipta merupakan penjelasan yang paling masuk akal dan kredibel untuk mencari tahu mengapa alam semesta ada, dan ada pendapat lebih masuk akal kalau Tuhan ada daripada tidak ada. Pandangan semacam ini tidak luluh dengan apa yang dijelaskan Hawking," katanya.

Dalam buku terbarunya berjudul The Grand Design yang akan segera terbit pada 9 September mendatang di Inggris, Hawking meyakinkan bahwa "M-Theory", sebuah bentuk dari string theory, bisa menjelaskan penciptaan alam semesta. Menurutnya, alam semesta bisa tercipta secara spontan karena adanya hukum gravitasi. "Tidak perlu membawa-bawa Tuhan seolah-olah Ia yang memicu terciptanya alam semesta," tulis Hawking.

Anggrek Terbaik di Dunia Itu Hilang

News publik :

A
ANggrek Bulan hasil persilangan



Anggrek terbaik di dunia jenis anggrek bulan lokal (Phalaenopsis amabilis) dari Kabupaten Tanah Laut kini tidak bisa ditemukan lagi di hutan Kabupaten Tanah Laut ataupun di kawasan hutan Kalimantan Selatan lainnya.

Ketua Persatuan Anggrek Indonesia (PAI) Kalimantan Selatan Aida Muslimah di Banjarmasin, Sabtu (4/9/2010), mengatakan, anggrek lokal Phalaenopsis amabilis di dunia ini hanya ada di tiga tempat, yaitu dua tempat di Indonesia, di Bogor dan Pelaihari, ibu kota Kabupaten Tanah Laut; dan di Filipina.

Dari tiga tempat tersebut, kata Aida, yang hadir dalam acara buka bersama komunitas jurnalis "Pena Hijau" Kalsel, anggrek bulan Pelaihari yang paling bagus dijadikan sebagai inti silang. Hal ini disebabkan ada beberapa kelebihan yang tidak terdapat pada anggrek jenis lainnya di daerah lain.

Beberapa kelebihan tersebut, kata Aida, yang didampingi Sekretaris PAI Yulianto, antara lain, anggrek bulan Pelaihari memiliki masa bunga cukup lama antara tiga dan enam bulan, sedangkan anggrek biasa tidak lebih dari satu bulan.

Selain itu, katanya, jumlah kuntum dalam satu tangkai bisa mencapai 25-50 buah, sedangkan anggrek biasa hanya 10-15 kuntum, dan banyak cabang dalam tangkai, sedangkan anggrek lainnya hanya satu cabang.

Anggrek bulan Pelaihari ini juga merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki bunga yang sangat indah berwarna putih bersih sehingga harganya pun cukup mahal, bisa mencapai Rp 5 juta untuk satu pohon.

Sayangnya, kata Yulianto, jenis bunga yang dinobatkan sebagai bunga terbaik dunia di jenisnya tersebut kini tidak ditemukan lagi di habitatnya karena kesalahan kebijakan pemerintah pada masa lalu.

"Dulu anggrek merupakan tanaman hasil komoditas yang bisa diperjualbelikan sehingga pada saat itu penjualan anggrek Pelaihari ke beberapa negara cukup marak, hingga akhirnya anggrek kebanggaan tersebut sulit ditemukan, bahkan tidak ada lagi di hutan Pelaihari," katanya.

Keragaman Hayati Dua Jenis Anggrek Sudah Sulit Dijumpai

News publik :
w
Anggrek Dendrobium lowii


Sedikitnya dua jenis anggrek endemis Kalimantan Selatan, yakni Dendrobium lowii dan Dendrobium hepaticum saat ini sangat sulit ditemukan di alam liar. Untuk mendapatkan jenis anggrek ini orang harus berburu ke penangkar, bahkan membeli ke penangkar anggrek di luar negeri.

Wakil Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Kalsel Ferry F Hoesoen, di Banjarmasin, Senin (6/9/2010), mengemukakan kedua jenis anggrek ini dulu bisa ditemukan di tempat yang kini menjadi Kota Banjarmasin. Namun, sekarang di Pegunungan Meratus pun sangat susah ditemukan. "Dua tahun kami melakukan observasi lapangan namun belum juga menemukan," ujarnya.

Dendrobium lowii memiliki ciri-ciri hampir sama dengan jenis dendrobium lainnya yang tumbuh di Pegunungan Meratus. Batang Dendrobium lowii agak berbulu dengan bunga warna kuning terang dan ukuran kelopak bunganya 4-5 sentimeter. Sedang Dendrobium Hepaticum memiliki ciri-ciri bunga berwarna seperti hati.

"Kemarin ada pameran di Singapura, terpaksa kami membeli dari sana. Itupun hanya sedikit, karena sudah diborong orang," ujarnya. Karena itulah, meski cukup sulit PAI Kalsel kini berusaha untuk mendapatkan bibit anggrek yang telah langka itu guna dikembangkan lagi di Kalsel.

Yulianto mengatakan selain Dendrobium lowii dan hepaticum, ada satu lagi yakni Spathoglottis aurea yang juga sulit ditemukan. Anggrek langka ini umumnya memiliki sifat sulit berkembang biak. Selain itu, bentuknya juga unik sehingga memancing orang untuk memiliki.

Kalau anggrek bulan Phalaenopsis amabilis var Palaihari itu juga sudah tidak ada di alam. "Untungnya para pecinta anggrek Kalsel masih memiliki jenis ini, dan perkembangbiakannya masih bisa keluar anakan di samping batang induk. Jadi dia tidak hilang begitu saja layaknya Dendrobium lowii dan Dendrobium hepaticum," ujar Yulianto.

DNPI: Cegah Deforestrasi Kurangi Emisi

News publik :



Untuk memenuhi target negara mengurangi 26 persen emisi gas rumah kaca pada 2020, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) menemukan lima cara utama pengurangan emisi. Yakni pencegahan pengrusakan hutan atau deforestrasi, pencegahan kebakaran lahan gambut, pencegahan oksidasi lahan gambut, penerapan manajemen kehutanan berkelanjutan, dan penghutanan kembali.

Kelima cara itu diyakini DNPI dapat mengurangi tanpa disertai penurunan keuntungan ekonomi negara. "Kita cari strategi mengurangi emisi tapi tidak mengurangi kegiatan ekonomi. Turunkan emisi, tapi ekonomi naik. Dengan strategi yang tepat, berlandaskan data," ujar Ketua DNPI, Rachmat Witoelar dalam jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (6/9/2010).

Kepala Sekretariat DNPI Agus Purnomo mencontohkan, pencegahan deforestrasi dapat dilakukan dengan menerapkan zero burning atau tidak melakukan pembakaran saat membuka lahan. Mengurangi dekomposisi gambut dapat dilakukan dengan rehabilitasi lahan gambut, penyiraman kembali, dan penataan menajemen pengairan.

Strategi pengurangan emisi oleh DNPI tersebut dirumuskan melalui penelitian selama 18 bulan yang melibakan instansi pemerintah, swasta, dan LSM. Penelitian tersebut melihat delapan sektor berkaitan dengan emisi, yakni gambut, kehutanan, pertanian, energi, transportasi, minyak dan gas, semen, serta bangunan.

Dari kedelapan sektor, menurut DNPI, lahan gambut dan kehutanan merupakan penyumbang emisi terbesar di Indonesia.

Menurut Kepala Sekretariat DNPI Agus Purnomo, sumbangan emisi lahan gambut yang kaya akan karbon itu mencapai 41 persen dari total emisi Indonesia. Sedangkan sektor kehutanan sumbang 37 persen. "Pengolahan alih guna lahan gambut dan listrik yang paling besar," katanya.

Diharapkan, dengan lima strategi utama serta strategi lainnya, Indonesia dapat mengurangi emisi hingga 70 persen pada 2030. Adapun sumbangan emisi gas rumah kaca Indonesia pada 2005 mencapai 2,1 giga ton. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 3,2 giga ton pada 2030 seiring pembangunan ekonomi.

ULTRA GREEN SILENCER Electrolux Manfaatkan Plastik Daur Ulang

News publik :


Plastik makin hari makin menjadi ancaman besar bagi lingkungan hidup. Soalnya, plastik adalah sampah yang paling susah dimusnahkan. Kalau dihitung, butuh waktu seribu tahun agar plastik bisa terurai sempurna oleh tanah.

Bahkan, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barrel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya.

Berangkat dari situlah, sebagaimana informasi yang disampaikan belum lama ini kepada kompas.com, produsen elektronik Electrolux mengunggulkan penghisap debu bernama Ultra Silencer Green. Piranti ini diklaim terbuat dari bahan dasar 55 persen plastik daur ulang. Dengan kandungan bahan dasar ini, produk tersebut cuma tersedia dalam warna hitam. Lalu, kalau dibandingkan dengan produk lainnya, penghisap debu ini menggunakan energi 33 persen lebih rendah dengan mesin baru 1.250 watt.

Di samping material plastiknya yang dapat didaur ulang dan ramah lingkungan, Ultra Silencer Green dikatakan sebagai penghisap debu bersuara sangat hening saat dioperasikan. Alat ini hanya mengeluarkan suara sebesar 71dB(A) dibandingkan dengan rata-rata lainnya sebesar 78dB(A).